Angkatan Udara Indonesia (TNI AU) sedang menyusun jadwal untuk mempensiun armada pesawat Boeing 737-2X9/ Surveiller yang telah menua, dan telah memulai studi pendahuluan untuk mengakuisisi pesawat peringatan dini dan kontrol udara atau airborne early warning and control ( AEW & C) baru.
Namun TNI AU belum memutuskan jenis pesawat terbang yang akan ditetapkan dalam studi pendahuluan. Mengutip pejabat senior TNI AU di Singapore Airshow, IHS Jane melaporkan, Indonesia menjdaikan ajang ini untuk mengetahui lebih banyak tentang opsi yang tersedia.
TNI AU tersebut saat ini mengoperasikan tiga pesawat pengintai Boeing 737-2X9 yang ditugaskan pada tahun 1982. Pesawat dikerahkan dengan Skuadron Udara 5 TNI AU AU di pangkalan udara Sultan Hasanuddin di Makassar di Sulawesi Selatan.
Platform ini memiliki layanan langit-langit 50.000 kaki dan jarak 2.530 n mil. Pada awal 1990-an, pesawat masing-masing diupgrade dengan identifikasi sensor identification friend-or-foe (IFF), radar side-looking airborne modular Motorola AN/APS-135, dan radar Thomson-CSF Ocean Master dengan low-probability-of-intercept features.
Selain pengawasan dan pengumpulan intelijen di dalam negeri, pesawat juga telah dikirim untuk latihan di luar negeri. Pada 2012, pesawat udara 737-2X9 ditempatkan di Darwin di Australia utara untuk Latihan ‘Albatross Ausindo 2012’. Pesawat dioperasikan bersamaan dengan AP-3C Australia selama masa penyebarannya.