Pasukan khusus Suriah telah dikirim ke daerah di mana pesawat serang Su-25 Rusia ditembak jatuh akhir pekan lalu. Mereka ditugaskan untuk melacak asal-usul rudal anti-udara portabel yang digunakan untuk menembak pesawat.
Dalam penyelidikan khusus, pengamat militer Rusia Vadim Saranov menggarisbawahi siapa yang mungkin telah menyediakan senjata jihad tersebut, dan mengapa.
MANPADS, atau man-portable air-defense system telah digunakan oleh pasukan anti-pemerintah di Suriah sejak perang pecah di negara tersebut pada tahun 2011. Serangan sukses pertama militan tersebut dilaporkan pada bulan Juli 2012, ketika mereka menembak jatuh helikopter Mi-8 Angkatan Darat Suriah.
Desas-desus beredar tentang asal usul senjata tersebut, dengan media berspekulasi bahwa senjata itu dikirim oleh negara-negara Teluk yang menyelundupkan melintasi perbatasan Suriah melalui Turki.
Dari manapun asal-usulnya, wartawan militer Rusia Vadim Saranov mengatakan bahwa foto dan video yang beredar dari dari zona konflik sampai saat ini mengindikasikan bahwa sebagian besar militan dipersenjatai dengan MANPADS rancangan Soviet dan Rusia, termasuk berbagai modifikasi sistem anti udara portabel Igla dan Strela.
Sistem anti-udara yang dimiliki para pemberontak telah memungkinkan mereka menembak jatuh setidaknya tiga helikopter Mi-8, dua pesawat tempur MiG-21 dan MiG-23 dari Suriah, sebuah pembom tempur Su-22, dan sebuah pesawat serang ringan L-39 selama konflik berlangsung.
Menurut Saranov, mengingat ribuan MANPADS Soviet dan Rusia yang dijual ke Suriah sebelum perang, tidak dapat dikesampingkan bahwa beberapa dari mereka direbut oleh ISIS dan pemberontak yang salah satunya kemudian digunakan menembak jatuh jet tempur Su-25 Rusia pada 3 Februari 2018.
Dengan kata lain, wartawan tersebut mencatat bahwa sangat mungkin sistem anti-udara portabel yang menjatuhkan Su-25 Rusia itu berasal dari salah satu sumber lain, mulai dari Timur Tengah, Eropa Timur, atau bahkan Asia Timur.
Libya: Ketidakstabilan Sempurna untuk Penyelundupan Senjata
Setelah intervensi NATO di Libya guna menjatuhkan pemerintah Gaddafi pada tahun 2011, para analis keamanan di seluruh dunia mulai membunyikan bel alarm bahwa sebagian besar persenjataan persenjataan canggih Libya, termasuk sistem pertahanan udara portabelnya, telah diselundupkan ke luar negeri dan berakhir di zona konflik lainnya.
Saranov mengingat bahwa setelah penggulingan Gaddafi, gudang persenjataan utama Libya direbut. Pada musim gugur tahun 2011, media Barat melaporkan bahwa sekitar 20.000 sistem rudal anti-pesawat telah hilang dari gudang tentara Libya, dan bahwa ratusan MANPADS telah dikirim ke luar negeri.
Eropa Timur: Mencari Uang Cepat
Eropa Timur juga merupakan sumber utama stok gerilyawan Suriah untuk mendapatkan MANPADS. Mengomentari penembakan Su-25 Rusia pada hari Sabtu, Senator Igor Morozov, seorang veteran Dinas Intelijen Asing Rusia, memperingatkan bahwa ada kemungkinan selundupan MANPADS berasal dari Ukraina.
“[Terakhir], sebuah gudang militer di Kalinovka, Ukraina menderita kebakaran dan pejabat Ukraina tidak mengecualikan kemungkinan bahwa hal itu mungkin sengaja diatur untuk menyembunyikan pencurian ratusan senjata yang bisa jatuh ke tangan pemberontak Suriah melalui penyelundupan, ” kata Morozov, berbicara kepada media Rusia.
Para pengamat juga telah lama mengeluh tentang penjualan senjata kecil dalam jumlah besar ke negara-negara Timur Tengah, dengan senjata-senjata ini sering menemukan jalan mereka ke tangan teroris.
Sebagai mantan anggota Blok Timur, industri persenjataan Bulgaria juga memiliki produk lisensi Strela-2M, Strela-3 dan Igla-1. Viktor Khramchikhin, wakil direktur Institut Analisis Politik dan Militer yang berbasis di Moskow, mengatakan bahwa Sofia “tidak malu” tentang peran de facto mereka sebagai “pemasok utama senjata untuk orang Suriah yang melawan Assad.”
Viktor Khramchikhin, Wakil Direktur Institut Analisis Politik dan Militer yang berbasis di Moskow, mengatakan bahwa Sofia “tidak malu” tentang peran de facto sebagai “pemasok utama senjata untuk segala macam kelompok Suriah yang berperang melawan Assad.”