Jatuhnya pesawat tempur Su-25 di Suriah karena ditembak sistem pertahanan udara MANPADS, sebenarnya bukan sesuatu yang luar biasa. Pesawat ini memang terbang dengan risiko sangat tinggi dan dibandingkan jet tempur lain, Su-25 memang relatif lebih mudah dirontokkan.
Amerika juga memiliki pesawat seperti ini yang dikenal sebagai A-10 Warthog. Meski banyak dipuji, beberapa pesawat ini juga terbukti rentan dengan ditembak jatuh di Perang Irak. Jika tidak ada pesawat ini yang ditembak di Perang Afghanistan yang telah berlangsung 16 tahun lebih, itu karena lawan memang tidak memiliki MANPAD.
Dua pesawat ini dibangun dengan tujuan yang sama yakni untuk memenuhi kebutuhan misi dukungan udara jarak dekat pada pasukan darat. Misi ini menuntut mereka untuk terbang rendah yang berarti menjadikan mereka berada dalam jangkauan MANPAD yang tidak efektif di ketinggian di atas 15.000 kaki. Baik A-10 maupun Su-25 memang harus menerima kenyataan bahwa karena misinya yang khusus tersebut menjadikan dirinya adalah bebek duduk yang mudah untuk dihancurkan.
Mereka berdua adalah pesawat lapis baja yang mampu menembakkan berbagai bom dan rudal. Keduanya juga dipersenjatai dengan meriam Gatling 30mm sebagai senjata penting untuk mendukung pasukan darat.
Warthogs telah beroperasi di Suriah sejak 2015, dan bulan lalu Amerika mengumumkan akan mengirim mereka kembali ke Afghanistan. Tidak ada pesawat yang ditembak jatuh di perang melawan ISIS baik di Irak dan Suriah. Ini juga membuktikan ISIS tidak memiliki MANPAD seperti pemberontak yang menembak Su-25.
Beberapa kelompok pemberontak didukung dan diberi senjata oleh Amerika. Apakah senjata itu termasuk MANPAD yang digunakan untuk menembak Su-25, belum ada konfirmasi resmi. Rusia sendiri sangat berhati-hati untuk menyimpulkan senjata apa yang digunakan menembak jatuh pesawat mereka.
Justin Bronk, seorang peneliti teknologi udara dan di Royal United Services Institute, kepada Business Insider mengatakan A-10 juga sangat rentan mengalami seperti Su-25. Risiko ini juga telah menjadi kekhawatiran lama militer Amerika.
Baik A-10 maupun Su-25 tidak dilengkapi radar yang dapat mendeteksi rudal pencari panas dari MANPAD. Mereka hanya dilengkapi dengan penerima peringatan radar.
Dengan demikian, satu-satunya tindakan defensif yang bisa dilakukan oleh seorang pilot A-10 adalah dengan terus mencari basis peluncuran rudal dan kemudian meluncurkan tindakan pencegahan dengan menghancurkannya. Cara lain adalah mencoba bermanuver. Tetapi pesawat ini tidak memiliki kemampuan manuver tinggi seperti jet tempur kinerja tinggi.
A-10 memang memiliki setidaknya dua keunggulan dibanding Su-25 yakni armor yang lebih tebal serta dan sistem pembuangan mesin yang dipasang di atas ekor untuk menghalangi setiap pencari panas yang masuk. “Tetapi itu bukan jaminan,” kata Bronk.
Bukan hanya MANPAD yang perlu dikhawatirkan Warthogs, kata Bronk. Setiap sistem anti-pesawat yang berukuran lebih besar dari 23mm mungkin bisa menembak pesawat A-10, seperti autocannon twin-barrel ZU-23-2 buatan Rusia.
Bronk mengatakan bahwa MANPAD, ZU-23-2, dan sistem sejenis lainnya banyak digunakan oleh ISIS dan kelompok teroris lainnya di Suriah.
Tapi situasi di Afghanistan kurang jelas. Pada tahun 2010, gambar muncul menunjukkan bahwa Taliban memiliki ZPU-1 (hanya 14.5mm) atau ZU-23-2.
Para ahli tidak setuju mengenai apakah sistem persenjataan ini ada di Afghanistan. Bronk mengatakan bahwa ISIS dan Taliban memiliki senjata ini, sementara Javid Ahmad, seorang rekan di Dewan Atlantik, mengatakan kepada Business Insider bahwa kelompok tersebut tidak memilikinya.
“Tapi itu bisa berubah,” kata Ahmad. Dia menambahkan bahwa Taliban bisa mendapatkannya dari Pakistan, Iran, atau Rusia saat Amerika meningkatkan pasukannya di negara tersebut.
Kapten Tom Gresback, juru bicara markas Operasi Resolute Support Afghanistan saat ditanya apakah Taliban dan ISIS memiliki senjata semacam ini dia mengatakan dalam sebuah pernyataan email bahwa “Kami tidak akan mengomentari masalah intelijen.”
“Kami selalu memperhatikan keamanan awak pesawat dan karena itu, kami memastikan tindakan yang tepat dilakukan untuk memastikan ancaman seperti ini diminimalkan,” kata Gresback.
Namun juga sempat muncul laporan pada 2015 pesawat A-10 Amerika mendapat ancaman serius dengan diberondong rudal bahu oleh ISIS di Irak. Irak News kala itu melaporkan Warthog diberondong dengan empat rudal Strela selama serangan udara baru-baru ini di dekat Mosul, di Irak.