2. S35 Koalytsiya-SV (Rusia)
2S35 Koalytsia-SV adalah sistem artileri terbaru Rusia yang dikembangkan sebagai penerus dari 2S19 Msta-S. Demonstran pertama howitzer self-propelled ini selesai pada tahun 2006.
Senjata ini unik dan memiliki dua meriam 152 mm. Namun untuk beberapa alasan desain twin-barrel sudah ditinggalkan. Pada tahun 2013 prototipe baru Koalitsiya-SV selesai. Desainnya berbeda dan hanya menggunakan satu meriam.
Sebuah batch pertama yang terdiri dari 12 sistem artileri dikirim ke Angkatan Darat Rusia pada tahun 2015.
Meskipun Koalitsiya-SV menyerupai 2S19 Msta-S yang lebih tua, ini adalah sistem yang sama sekali berbeda. Dia memiliki menara tak berawak dan dipersenjatai dengan meriam 152 mm. Artileri ini memiliki sistem pemuatan amunisi otomatis dan menggunakan sistem muatan modular. Sistem artileri ini dapat memecat berbagai macam amunisi, termasuk proyektil HE-FRAG standar, roket proyektil cluster dengan submunisi anti-tank, jammer yang dibawa proyektil.
Rentang tembakan dengan proyektil standar sekitar 30 km dan sekitar 40 km dengan proyektil roket. Amunisi presisi jarak jauh baru telah dikembangkan dengan memiliki jangkauan maksimal 70 km. Koalitsiya-SV Ini juga mampu menembakan amunisi amunisi Krasnopol yang lebih tua dengan jarak tempuh 20 km.
Tingkat maksimum tembakan sekitar 8 putaran per menit dan Koalitsiya-SV mampu melakukan penembakan serentak secara bersamaan. Sistem artileri ini membawa pasokan amunisi onboard yang mengesankan yakni sekitar 60 sampai 70 buah.
Koalitsiya-SV memiliki tingkat otomasi yang tinggi yang memungkinkan untuk mengurangi kru. Sistem artileri ini hanya dioperasikan oleh 3 awak saja.
Sistem artileri ini tidak memiliki kendaraan reload khusus, namun ada sistem reload amunisi built-in di bagian belakang menara yang memungkinkan untuk memuat amunisi dari truk pengangkut barang.
3. K9 Thunder (Korea Selatan)
K9 Thunder adalah howitzer self-propelled Korea Selatan. Pada akhir 1980-an, Angkatan Darat Republik Korea menyusun persyaratan untuk sebuah howitzer 155 mm tracked baru untuk memenuhi persyaratan abad ke-21.
Persyaratan operasional utama termasuk tingkat tembakan yang lebih tinggi, jangkauan yang lebih jauh, akurasi yang lebih baik dan waktu masuk dan keluar yang lebih cepat. Pengembangan Thunder K9 dimulai pada tahun 1989 dan mulai beroperasi pada tahun 1999 untuk menggantikan howitzer K55 self-propelled, yaitu versi Korea dari M109A2 Amerika.
K9 Thunder dilengkapi dengan shell handling otomatis dan ramming system. Artileri ini kompatibel dengan amunisi 155 mm standar NATO. Rentang maksimum tembakan adalah 30 km dengan proyektil standar HE-FRAG dan 40 km dengan proyektil roket.
Putaran maksimal K9 Thunder adalah enam tembak per menit dan mampu menembak secara simultan. Senjata ini mampu menembakkan tiga tembakan dalam 15 detik, masing-masing dalam lintasan yang berbeda, sehingga semua amunisi tiba pada target pada saat bersamaan.
Sistem artileri ini membawa total 48 amunisi untuk senapan utama. K9 dilengkapi dengan sistem kontrol tembakan otomatis dengan sistem navigasi internal dan sistem peletakan senjata otomatis. Sistem artileri ini didukung oleh kendaraan pengangkut amunisi K10 yang juga berdasarkan chasis K9. Proses pemuatan ulang sepenuhnya otomatis dan dapat dilakukan tanpa memperlihatkan awak.
T-155 Firtina adalah howitzer 155-mm buatan Turki yang menggunakan subsistem K9 dan digunakan Angkatan Turki.