Sebuah pesawat pengintai EP-3E Aries II milik Angkatan Laut Amerika dicegat oleh jet tempur Su-27 Rusia pada jarak yang sangat dekat di atas Laut Hitam Senin 29 Januari 2018. Amerika geram karena menilai pencegatan berlangsung tidak aman karena jet tempur Rusia mendekati pesawat mereka hanya pada jarak lima kaki atau sekitar 1,5 meter. Flanker juga dan memotong secara langsung jalur penerbangan EP-3, menyebabkan EP-3 terbang terkena hembusan mesin jet Su-27.
Insiden ini mengingatkan apa yang pernah terjadi pada 2001. Pesawat mata-mata milik Angkatan Laut Amerika ini ditabrak jet tempur China yang terbang terlalu dekat. Insiden ini menjadikan hubungan kedua negara sempat tegang.
Pada bulan April 2001, hanya beberapa bulan sebelum serangan 9/11 terjadi di Amerika Serikat sebuah pesawat mata-mata US Navy terbang misi pengintaian rutin di Laut China Selatan disambar jet tempur China yang berbelok secara agresif.
Tabrakan di udara menewaskan pilot China, melumpuhkan pesawat Angkatan Laut, dan memaksa untuk melakukan pendaratan darurat di sebuah lapangan udara China hingga memunculkan ketegangan selama hampir dua minggu ketika China menolak untuk melepaskan dua lusin anggota awak Amerika dan pesawat yang rusak.
Selama lebih dari satu dekade, para pejabat AS telah menolak untuk mengatakan rahasia apa yang mungkin telah diperoleh China dari pesawat. Dua tahun setelah kejadian tersebut, wartawan melihat laporan militer yang telah disunting, yang mengungkapkan bahwa meskipun awak telah membuang dokumen keluar keluar dari pesawat dan berhasil menghancurkan beberapa peralatan koleksi sinyal sebelum pesawat mendarat, adalah “sangat mungkin” China masih memperoleh informasi rahasia dari pesawat. Tetapi upaya wartawan dan akademisi untuk mempelajari lebih lanjut selama bertahun-tahun telah gagal.
Tapi sekarang, laporan komprehensif Angkatan Laut-NSA yang diselesaikan tiga bulan setelah tabrakan, dan termasuk di antara dokumen yang diperoleh whistleblower NSA Edward Snowden pada 2013, akhirnya mengungkapkan rincian luas tentang kejadian itu.
Laporan Angkatan Laut melengkapi Ringkasan Riset Kongres 2001, serta wawancara The Intercept dengan dua anggota awak selama tabrakan,yang laporannya dikeluarkan Senin 10 April 2017 menyajikan gambaran paling rinci dari insiden P-3 yang belum pernah teruangkap.
Komandan misi Letnan Shane Osborn sempat berpikir ia akan menjatuhkan pesawat dan peralatan sensitif di laut daripada mendarat di wilayah musuh. Osborn dianugerahi Distinguished Flying Cross untuk menunjukkan kepandaian dan keberanian penerbangan luar biasa dalam menstabilkan dan mendarat pesawat rusak.
“Dia menerbangkan salah satu mahkota kekuatan pengintaian,” kata Kapten Jan van Tol, seorang pensiunan perwira Angkatan Laut dan peneliti di Pusat Penilaian Strategis dan Anggaran, mengatakan kepada Omaha World-Herald.
Van Tol mengatakan The Intercept bahwa dia ragu untuk mempertanyakan penilaian dari seorang pilot yang berada di tempat kejadian dan memahami kondisi yang lebih baik dari dia, tapi ia masih merasa Osborn punya kewajiban untuk lebih menjaga rahasia pesawat.
“Saya pikir mungkin ada pilihan lain [untuk mendarat di Vietnam],” katanya, mencoba mengingat peristiwa di tahun 2001. “Ini akan lebih baik untuk pergi ke Vietnam dari pada China.”
Tabrakan terjadi sekitar 70 mil sebelah tenggara Pulau Hainan, di mana Osborn mendaratkan pesawat. Vietnam berjarak sekitar 180 mil. Meskipun Vietnam tidak terlalu sangat jauh, itu akan menjadi pilihan kurang menarik bagi kru, menurut Osborn, mengingat kondisi pesawat yang sudah sangat bergetar.