Amerika Serikat kembali mengirimkan sejumlah helikopterUH-60 Blackhawk kepada Yordania yang akan membantu penyebaran cepat pasukan guna memperkuat pertahanan perbatasan dan melakukan gerakan lintas perbatasan melawan gerilyawan.
Pejabat Amerika Serikat mengatakan bahwa bantuan militer kepada Yordania, salah satu dari penerima terbesar pembiayaan militer asing Washington, ditujukan untuk membantu membangun kemampuan militer kerajaan itu sebagai bagian dari strategi kawasan, yang lebih luas.
Washington mengumumkan rencana menetap di Suriah lama setelah ISIS dikalahkan dan memiliki pangkalan militer di bagian timur laut negara dilanda perang tersebut.
Dalam upacara serah terima, yang dihadiri Kepala Pusat Komando Amerika Serikat Jenderal Joseph Votel dan Kepala Staf Tentara Yordania, helikopter tersebut mendarat dalam rekaan penyergapan penyandera oleh pasukan khusus.
“Amerika Serikat tetap berkomitmen untuk mendukung usaha angkatan udara Yordania untuk melindungi perbatasan Yordania dan menghalangi tindakan teror serta berkontribusi untuk mengalahkan operasi koalisi ISIS,” kata Henry Wooster, Kuasa Usaha Kedutaan Besar Amerika Serikat di Yordania, saat upacara di Pangkalan udara Raja Abdullah 35 km timur laut ibu kota.
Helikopter Blackhawk adalah komponen utama dalam pasukan reaksi cepat yang didanai Amerika Serikat dan dibentuk oleh Yordania untuk melawan kelompok ISIS, yang tetap merupakan ancaman meski telah diusir dari wilayah yang luas di Irak dan Suriah.
“Pasukan tersebut mampu memindahkan pasukan dan pasokan ke Jordania dan dalam waktu singkat untuk memperkuat keamanan perbatasan dan mengatasi kemungkinan serangan,” kata Wooster.
Rudal Patriot Amerika Serikat ditempatkan di kerajaan itu dan tentara Amerika Serikat memiliki ratusan pelatih di negara ini.
Lokasi Yordania menjadikannya ideal bagi pusat logistik dan pasokan untuk Amerika Serikat, termasuk garnisun Tanf-nya di gurun Suriah bagian tenggara.
“Kerja sama militer Yordania dan Amerika Serikat sangat kuat dan merupakan komponen kunci dalam upaya bersama kita untuk mengalahkan ISIS,” kata Brigadir Jenderal Jaber al-Abbadi, komandan angkatan udara Yordania.
Sejak dimulainya konflik Suriah di tahun 2011, Washington telah menghabiskan jutaan dolar untuk membantu Amman membentuk sebuah sistem pemantauan yang rumit yang dikenal sebagai Program Keamanan Perbatasan untuk menghentikan infiltrasi oleh militan dari Suriah dan Irak.
Menurut koalisi internasional pimpinan Amerika Serikat kurang dari seribu petempur ISIS masih berada di Irak dan Suriah.
Irak dan Suriah telah mengumumkan kemenangan atas ISIS dalam beberapa pekan terakhir, setelah setahun tentara kedua negara, berbagai sekutu asing dan pasukan militer daerah mengusir para petempur ISIS, yang pernah membuat kekhalifahan yang mereka proklamasikan sendiri, dari semua kota dan desa.
Amerika memimpin koalisi antarbangsa, yang melakukan serangan udara terhadap ISIS sejak 2014, ketika kelompok tersebut merebut sepertiga dari wilayah Irak. Pasukan AS bertugas sebagai “penasihat” di lapangan bersama dengan pasukan pemerintah Irak serta kelompok Kurdi dan Arab di Suriah.