
Namun, hubungan Jerman-Turki memburuk tajam, terutama setelah Erdogan memprakarsai tindakan keras terhadap ribuan orang yang dituduh terlibat dalam upaya kudeta militer gagal pada Agustus 2016.
Pada bulan Februari 2017, warga negara Jerman-Turki Deniz Yücel, seorang koresponden untuk Die Welt ditangkap oleh pihak berwenang Turki karena dituduh sebagai mata-mata. Penahanannya menyebabkan kemarahan di Jerman.
Ankara dengan tegas mengatakan bahwa jika upgrade Leopard 2 bisa dilanjutkan, Yücel akan dibebaskan kembali ke Jerman. Meskipun Berlin secara terbuka berkeras bahwa hal itu tidak akan pernah sepantasnya dilakukan, Menteri Luar Negeri Sigmar Gabriel diam-diam mulai bergerak untuk memberi otorisasi upgrade dalam upaya memperbaiki hubungan. Gabriel mempresentasikan kesepakatan tersebut sebagai tindakan untuk melindungi kehidupan prajurit Turki dari ISIS.
Namun, pada pertengahan Januari 2018, Turki melancarkan serangan terhadap Afrin dan Manbij di Suriah barat laut. Foto-foto yang muncul menunjukkan bahwa tank Leopard 2 dipekerjakan untuk menyerang posisi Kurdi di Afrin.
Selanjutnya, pada tanggal 21 Januari, YPG Kurdi menerbitkan sebuah video YouTube yang menggambarkan sebuah Leopard 2 Turki dipukul oleh rudal antipank Konkurs. Namun, tidak mungkin untuk mengetahui apakah tank itu hancur.
Anggota parlemen dari partai sayap kiri Jerman dan Uni Demokratik sayap kanan Merkel bereaksi dengan kemarahan. Seorang anggota parlemen menggambarkan serangan Turki sebagai pelanggaran hukum internasional.
Pada tanggal 25 Januari, pemerintah Merkel terpaksa mengumumkan bahwa upgrade Leopard 2 Turki tidak ada lagi di meja, setidaknya untuk saat ini. Ankara memandang kesepakatan tersebut sebagai penundaan saja dan retorika cerdik dari Berlin menunjukkan bahwa hal itu mungkin akan kembali ketika waktunya lebih tepat secara politis.
Sumber: National Interest