Angkatan Udara Amerika Serikat mengatakan bahwa kekuatannya MQ-9 Reapers di Kandahar Airfield di Afghanistan sekarang menjadi penyebaran terbesar drone tipe ini ke sebuah pangkalan tunggal yang pernah ada.
Pesawat tak berawak ini menjadi bagian dari gelombang besar yang dibuat pemerintahan Donald Trum untuk meningkatkan serangan di medan perang yang belum juga mereka bisa selesaikan meski sudah berlangsung lebih 16 tahun. Padahal yang mereka lawan bukanlah negara, tetapi kelompok bersenjata non negara yang dikenal sebagai Taliban.
Angkatan Udara sebagaimana dilaporkan Stars and Stripes Jumat 26 Januari 2018 mengatakan sekarang hampir tiga skuadron Reapers ada di Kandahar, meskipun menolak memberikan jumlah pastinya. Menurut sebuah laporan ukuran dan cakupan kehadiran Amerika di sana telah menyusut dengan signifikan sejak koalisi pimpinan NATO secara resmi mengakhiri operasi tempur pada tahun 2014.
Namun situasi perang kembali meningkat seiring Amerika Serikat menghidupkan kembali upayanya melawan Taliban, Al Qaeda, ISIS, dan kelompok militan lainnya di negara tersebut. Pentagon mengerahkan pasukan darat.
Tambahan kekuatan darat tersebut pada gilirannya mendorong kebutuhan akan dukungan udara dan intelijen, pengawasan, dan pengintaian yang lebih dekat “untuk memastikan bahwa mereka dapat menyelesaikan misi mereka dengan sukses,” Jenderal Angkatan Udara AS James Hecker, yang bertanggung jawab atas kekuatan udara koalisi di negara tersebut kepada Stars and Stripes.
Selain pesawat tak berawak, Angkatan Udara mengirim pesawat tempur A-10 Warthog dan helikopter HH-60G Pave Hawk ke Kandahar.
Sejumlah MQ-9 yang dikirim adalah versi Blok 5 yang lebih baru. Reaper ini dapat membawa tangki bahan bakar eksternal, yang memungkinkan terbang lebih jauh atau tetap berada di area tertentu dalam jangka waktu yang lebih lama.
Reapers pada khususnya juga menyediakan kemampuan pengintaian yang luas dan unik dengan sistem Gorgon Stare, yang mengemas hampir 370 kamera yang sekaligus dapat menangkap citra di zona seluas 40 mil persegi.
Analis kemudian dapat menggabungkan gambar tersebut ke dalam peta tunggal dan mencari perubahan atau pola aktivitas dan lintasan kendaraan dan pergerakan personel yang signifikan di area yang luas. Masukkan itu bersama dengan sumber intelijen lainnya bisa menawarkan pandangan medan yang lebih dramatis dari medan perang secara keseluruhan.
Reaper juga dapat membawa bom dan rudal presisi , sehingga memungkinkan mereka untuk menyerang target yang mungkin mereka temukan secara langsung. Ini memberi para komandan kesempatan yang lebih baik untuk dapat menyerang target sensitif yang terlihat sekilas, seperti kelompok teroris kecil berkumpul bersama atau menanam alat peledak improvisasi, dan juga memperpendek waktu keseluruhan yang diperlukan antara menemukan musuh dan menanggapi ancaman tersebut secara kinetis.
“Kami mengejar musuh, kami mengejar kendaraan yang mereka gunakan, kami akan mengejar bangunan yang mereka coba sembunyikan dari kami,” kata Kolonel Angkatan Udara Amerika Stephen “Joker” Jones, seorang perwira Angkatan Udara yang telah terlibat dalam operasi pesawat tak berawak di Afghanistan sejak tahun 2000 kepada Stars and Stripes.
Dia menambahkan bahwa dia bisa menembakkan rudal Hellfire “ke dada seseorang jika saya membutuhkannya.”Sayangnya, MQ-9 tidak dapat membawa pod Gorgon Stare dan senjata pada bersamaan.
Kekuatan Reaper mungkin hanya merupakan awal misi drone yang lebih besar di negara ini, baik dalam ukuran maupun cakupannya juga. Kolonel Jones mengatakan bahwa meski MQ-9 berkumpul di Kandahar sekarang, ada kemungkinan mereka bisa pindah ke basis lain yang ada di negara jika diperlukan.