Data terbaru yang dikeluarkan Pentagon mengungkapkan bahwa pada tahun 2017, sekitar 4.300 bom mereka jatuhkan di Afghanistan. Angka ini meningkat dua kali lipat dibandingkan dua tahun sebelumnya.
Peningkatan serangan Amerika diikuti dengan meningkatnya serangan bom yang dilakukan kelompok bersenjata baik Taliban maupun Al Qaeda termasuk serangan terakhir di Kabul yang menyebabkan hampir 100 orang meninggal dunia.
Hal ini menunjukkan ketika Amerika meningkatkan serangan, maka teror bom juga akan semakin meningkat dan korban yang berjatuhan adalah warga sipil yang tidak berdosa.
Sebaliknya Angkatan Udara Amerika Serikat sebagaimana dikutip Tolonews. com Sabtu 27 Januari 2018 mengatakan serangan udara di Afghanistan terhadap apa yang mereka sebut sebagai target teroris, termasuk Taliban dan kelompok lainnya, meningkat karena karena serangan militan mematikan terhadap infrastruktur sipil perkotaan, termasuk rumah sakit juga meningkat.
Menurut sumber Pentagon hingga 15 serangan udara dan pengeboman oleh pasukan Amerika dan sekutu dilakukan di Afghanistan setiap hari. Peningkatan ini bisa dilakukan pesawat pembom dan pesawat tambahan dikerahkan di negara timur tengah.
Setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan strategi baru di Asia Tenggara dan Afghanistan, serangan pengeboman terhadap gerilyawan meningkat secara signifikan.
“Serangan udara meningkat secara signifikan pada tahun 2017 terutama karena kebijakan Asia Selatan yang ditandatangani oleh Presiden Trump dan memungkinkan kami untuk mengejar baik Taliban di manapun mereka berada,” kata Resolute Support Mission (RS) Public Affairs Director Thomas Gresback.
Bersamaan dengan lonjakan militer AS di Afghanistan, Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg baru-baru ini mengumumkan bahwa blok militer tersebut akan mengerahkan tambahan 3.000 yang akan melatih tentara Afghanistan yang didukung Pentagon yang hampir sepenuhnya bergantung pada dukungan dari luar.
Stoltenberg menegaskan bahwa anggota NATO berkomitmen untuk mencegah pembentukan tempat berlindung yang aman bagi pemberontak, karena perang Amerika di Afghanistan memasuki tahun ke 17 tanpa resolusi yang terlihat.
Saat ini diperkirakan 20 dari 34 provinsi di negara tersebut dianggap ‘tidak aman’ oleh aset intelijen Amerika, sementara menurut ABCnews.com, hampir 54 dari 105 distrik di Afghanistan berada di bawah kendali langsung Taliban.