Site icon

Soal Penjualan Su-30 ke Myanmar, Rusia Abatikan Tudingan Amerika

Moskow tidak akan memperhatikan tuduhan Washington atas rencana penjualan jet tempur Sui-30 ke Myanmar yang dinilai akan memperburuk pelaksanaan hak asasi di negara tersebut.

“Rusia telah selalu mengamati norma, peraturan dan prinsip hukum internasional [di bidang kerja sama teknis militer] dan akan terus berlanjut di masa depan,” kata juru bicara kepresidenan Dmitry Peskov kepada media, Jumat 26 Januari 2018.

“Tak perlu dikatakan lagi, untuk alasan ini kami tidak memperhatikan tuduhan [oleh Amerika Serikat mengenai pasokan jet tempur ke Myanmar].”

Pada hari Senin, Wakil Menteri Pertahanan Rusia, Letnan Jenderal Aleksandr Fomin mengatakan bahwa selama kunjungan Menteri Pertahanan Rusia Sergey Shoigu ke Myanmar disepakati bahwa Rusia akan menyediakan enam jet Su-30.

Fomin percaya bahwa pesawat ini “akan menjadi pesawat tempur utama Angkatan Udara Myanmar yang penting untuk melindungi integritas teritorial negara tersebut dan untuk melawan ancaman teroris.”

Namun Juru bicara Kementerian Luar Negeri Amerika Heather Nauert mengatakan Rusia harus menunjukkan solidaritas dengan negara lain dan memberikan bantuan kemanusiaan ke Myanmar, sementara pasokan senjata ke negara tersebut berpotensi memperburuk situasi di sana.

“Kami telah melihat beberapa laporan media baru yang mengganggu bahwa Rusia bermaksud untuk menjual jet tempur Su-30 ke angkatan bersenjata Burma,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Heather Nauert dalam sebuah konferensi pers Kamis 25 Januari 2018.

“Laporan tersebut, jika dikonfirmasi, menjadi pengingat lain upaya terus-menerus Rusia untuk mempersenjatai militer yang secara mencolok melanggar hak asasi manusia,” katanya sebagaimana dilaporkan Reuters.

Nauert merujuk pada perlakuan militer Myanmar terhadap minoritas Muslim Rohingya di negara bagian Rakhine, yang telah mendorong pengungsian 680.000 orang ke Bangladesh.

“Sementara Federasi Rusia mengatakan bahwa mereka mendukung dialog yang konstruktif untuk menyelesaikan krisis di Burma, laporan rencana untuk menjual teknologi militer yang canggih, jika benar, menunjukkan sebaliknya.”

“Kami mendesak pemerintah Rusia dan Burma untuk mempertimbangkan kembali penumpukan senjata lebih lanjut dan sepenuhnya berusaha keras untuk menemukan solusi yang damai dan stabil terhadap krisis tersebut,” katanya.

Amerika Serikat sebelumnya mendesak negara-negara untuk menunda penjualan senjata ke Myanmar sebagai tanggapan atas tindakan keras tersebut.

Exit mobile version