Membeli senjata digunakan untuk perang, tetapi kerap penjual keberatan senjata yang dibuatnya untuk bertempur. Membingungkan kan?
Tetapi itulah yang banyak terjadi. Terakhir yang dialami Turki yang menggunakan tank Leopard milik mereka untuk operasi militer di Afrin. Jerman, sebagai negara yang memproduksi Leopard tidak suka dengan hal itu hingga memutuskan untuk tidak lagi memasok dan mengupgrade main battle tank tersebut ke Turki.
Menteri Luar Negeri Jerman Sigmar Gabriel telah menyatakan keprihatinan negara tersebut atas operasi Ankara yang sedang berlangsung di Afrin dan mengungkapkan keputusan untuk menghentikan pasokan serta upgrade tank Leopard ke Jerman.
“Pemerintah federal [sementara] sangat prihatin dengan konflik bersenjata yang sedang terjadi di Suriah utara,” kata Menteri Luar Negeri Jerman Sigmar Gabriel kepada Spiegel.
“Sejauh menyangkut pembahasan ekspor senjata saat ini, jelaslah bagi pemerintah bahwa kita tidak diizinkan, dan tidak akan menyerahkan [persenjataan] ke daerah konflik.”
Laporan tersebut mengatakan bahwa Jerman pada awalnya setuju untuk memodernisasi Leopard lama milik Angkatan Darat Turki, sebuah peningkatan yang diminta Ankara dari Rheinmetall – produsen senjata terkemuka Jerman sejak musim semi 2017.
Namun, saat pasukan Turki mulai menyerang ofensif mereka terhadap Kurdi Suriah sebagai bagian dari ‘Operasi Cabang Zaitun’, pemerintah Jerman menghadapi kritik di dalam negeri bahwa tindakan semacam itu akan mengirimkan sinyal yang salah.
Kementerian Luar Negeri Jerman juga mendesak NATO untuk membahas perkembangan terakhir di Suriah utara.
Menanggapi laporan tersebut Menteri Luar Negeri Mevlut Cavusoglu mengatakan bahwa pembekuan pasokan senjata Berlin tidak ada hubungannya dengan kerja sama militer antara kedua negara.
“Sementara kita bertempur dengan teroris, kami mengharapkan dukungan dan solidaritas dari Jerman. Kami berharap mereka tidak mendukung teroris, tapi saya tahu mereka juga mendapat tekanan, “kata Cavusoglu dilansir Reuters Kamis 25 Januari 2018.
Sejak tahun 1980an, Angkatan Darat Turki telah mengoperasikan sekitar 400 Leopard 1, beberapa di antaranya telah ditingkatkan oleh industri militer Turki. Pada pertengahan tahun 2000an, Turki menerima sekitar 350 tank Leopard 2M4, sebuah versi modern yang memiliki menara baru, meriam berdaya tinggi, dan peralatan elektronik canggih.
Sepanjang kampanye militer sebelumnya di Suriah, Turki kehilangan sejumlah tank Leopard 2 seberat 60 ton, sebagian besar karena ledakan ranjau. Ankara baru-baru ini menekan Berlin dan perusahaan senjata Jerman untuk memperbaiki perangkat keras tersebut untuk menawarkan perlindungan ranjau yang lebih baik, namun beberapa politisi Jerman telah menyerukan diakhirinya upaya membantu mempersenjatai militer Turki.
Ini bukan pertama kalinya Jerman menghentikan pengiriman senjata ke Turki. Pada bulan September tahun lalu, Menteri Luar Negeri Gabriel mengatakan Berlin menunda “semua permintaan besar [untuk ekspor senjata] yang telah dikirim oleh Turki kepada kita, dan ini benar-benar tidak sedikit.” Ankara mengatakan bahwa hal itu akan membuat Turki rentan terhadap terorisme, dan akan melemahkan operasi kontra-terorisme.