Amerika Serikat mendesak Rusia untuk mempertimbangkan kembali kesepakatan untuk memasok pesawat tempur ke Myanmar.
Sebelumnya dilaporkan Kementerian Pertahanan mengatakan pekan ini bahwa Rusia akan menjual enam pesawat Su-30 ke Myanmar. Kantor berita RIA mengatakan Myanmar, yang juga dikenal sebagai Burma, tertarik untuk membeli perangkat keras militer Rusia lainnya untuk pasukan darat dan angkatan lautnya.
“Kami telah melihat beberapa laporan media baru yang mengganggu bahwa Rusia bermaksud untuk menjual jet tempur Su-30 ke angkatan bersenjata Burma,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Heather Nauert dalam sebuah konferensi pers Kamis 25 Januari 2018.
“Laporan tersebut, jika dikonfirmasi, menjadi pengingat lain upaya terus-menerus Rusia untuk mempersenjatai militer yang secara mencolok melanggar hak asasi manusia,” katanya sebagaimana dilaporkan Reuters.
Nauert merujuk pada perlakuan militer Myanmar terhadap minoritas Muslim Rohingya di negara bagian Rakhine, yang telah mendorong pengungsian 680.000 orang ke Bangladesh.
“Sementara Federasi Rusia mengatakan bahwa mereka mendukung dialog yang konstruktif untuk menyelesaikan krisis di Burma, laporan rencana untuk menjual teknologi militer yang canggih, jika benar, menunjukkan sebaliknya.”
“Kami mendesak pemerintah Rusia dan Burma untuk mempertimbangkan kembali penumpukan senjata lebih lanjut dan sepenuhnya berusaha keras untuk menemukan solusi yang damai dan stabil terhadap krisis tersebut,” katanya.
Amerika Serikat sebelumnya mendesak negara-negara untuk menunda penjualan senjata ke Myanmar sebagai tanggapan atas tindakan keras tersebut.