Seperti dilaporkan sebelumnya Rusia akan mempensiun Arkhangelsk dan Severstal, dua kapal selam nuklir rudal balistik kelas 941 Akula. Kapal selam terbesar di dunia yang oleh NATO disebut sebagai Typhoon tersebut akan disingkirkan pada 2020.
Dengan pensiunnya dua kapal selam ini maka tinggal satu Kelas Typhoon yang tersisa yakni Dmitry Donskoy. Kapal selam ini pun tidak digunakan dalam status tempur tetapi sebagai kapal selam untuk menguji Bulava, sebuah rudal antarbenua yang akan ditempatkan di kapal selam Kelas Borei.
Sejumlah ahli menilai ada sejumlah alasan kenapa kapal selam kelas Akula tidak lagi layak digunakan dan memang sudah sepantanya untuk mengakhiri era kejayaannya.
Super Besar, Super Mahal
Dengan panjang 175 meter, lebar 23 meter dan menggusur bobot 48.000 ton saat tenggelam, Akula belum terkalahkan dalam hal ukuran. Dikembangkan pada 1970-an dan diperkenalkan pada tahun 1980an kapal selam ini menjadi tulang punggung dari kemampuan triad nuklir laut Uni Soviet.
Kapal-kapal rakasasa tersebut bisa tetap terendam selama 120 hari atau lebih, sehingga memastikan kemampuan respons yang efektif jika terjadi serangan nuklir ke Uni Soviet.
Namun meski kapal-kapal tersebut membantu Moskow mencapai paritas nuklir dengan Washington, yang mengarah ke perjanjian nuklir berikutnya pada periode Soviet dan pasca-Soviet dalam bentuk kesepakatan START, beberapa pengamat percaya bahwa kapal tersebut terlalu besar dan mahal.
“Kapal selam Project 941 terlihat mengerikan dan kapal itu sendiri sangat mahal harganya,” kata Konstantin Makienko, Wakil Direktur Pusat Analisis Strategi & Teknologi, sebuah kelompok pemikir yang berbasis di Moskow.
“Oleh karena itu, bahkan Uni Soviet yang perkasa hanya bisa membangun enam dari mereka, meskipun pada awalnya mereka bermaksud menyaingi Amerika yang membangun 20 Kelas Ohio,” Makienko menambahkan.
“Tapi di sini tidak pantas menyalahkan pembuat kapal, mereka hanya menciptakan sebuah pembawa sistem rudal berdasarkan rudal yang mereka terima.”
Rudal itu adalah rudal R-39, sebuah rudal kapal selam dengan bahan bakar padat yang menampilkan waktu persiapan peluncuran yang lebih singkat, kehandalan yang baik, dan fitur penyimpanan serta pemeliharaan yang baik.
Dengan berat total 95 ton, sistem ini merupakan rudal berbasis laut terbesar yang pernah dibuat, dan tiga kali lebih berat daripada Trident C-4 Amerika serikat , dan satu setengah kali lebih berat daripada Trident II D-5, meskipun yang terakhir melebihi R-39 dalam hal muatan dan jangkauan.
Pengamat militer Rusia Vadim Saranov mengatakan berat rudal Akula, yang dikombinasikan dengan tangki pemberat yang menahannya, melebihi 20.000 ton. “Perpindahan ini menjadi penantang utama SSBN Ohio Amerika, yang hanya berbobot 18.500 ton, dan membawa 24 Trident II D-5, berlawanan dengan 20 R-39 yang dibawa oleh Akula,” kata pengamat tersebut sebagaimana dikutip Sputnik Rabu 24 Januari 2018.
Daya apung Akula yang tinggi, membutuhkan pemberat setengahnya saat terendam, Akula segera dijuluki ‘vodovoz’, atau ‘pembawa air’ oleh pengamat Angkatan Laut. Tapi menurut Saranov, “militer menghadapi masalah serius” dengan biaya pemeliharaan dan perbaikan satu akula setidaknya melipatgandakan biaya mengoperasikan Kalmar 667BDRM dan Delphin. Dua kapal selam rudal balistik Soviet lain yang lebih kecil yang membawa empat rudal lebih sedikit dibandingkan Akula.
Dana tambahan juga diperlukan untuk menyediakan infrastruktur pasokan untuk kapal selam besar. Jalur kereta api sepanjang 40 km harus dibangun di wilayah Murmansk untuk mengangkut rudal R-39. Crane angkat yang dikembangkan secara khusus dirancang untuk mengangkat rudal besar, dan sebuah kapal khusus, rudal rudal Alexander Brykin 16.000 ton harus dibangun. Inovasi mahal lainnya, dok pengambang PD-50, diciptakan untuk Akula dan begitu besar.
NEXT: LEBIH BESAR TAK MESTI LEBIH BAIK