Pertarungan Penjelajah Rusia-Amerika, Siapa Yang akan Unggul
Penjelajah Kelas Ticonderoga meluncurkan rudal Tomahawk

Pertarungan Penjelajah Rusia-Amerika, Siapa Yang akan Unggul

Dengan pensiunnya kapal penjelajah buatan Belanda Almirante Grau daro Angkatan Laut Peru, hanya dua negara yang sekarang mengoperasikan kapal penjelajah yakni Rusia dan Amerika Serikat.

Rusia memiliki tiga kapal penjelajah rudal kelas Slava yang beroperasi sementara Amerika Serikat memiliki 22 kapal penjelajah Kelas Ticonderoga.  Siapa yang akan unggul jika kedua kapal itu tanding satu lawan satu?

Kedua kapal memiliki kemampuan yang hampir sama. Mereka berdua memiliki kemampuan pertahanan udara serta kemampuan menyerang kapal permukaan dan kapal selam.

Penjelajah Kelas Slava Rusia

Baterai utama kapal induk Ticonderoga terdiri dari dua sistem peluncuran vertikal 61-sel Mk 41.  Baterai ini bisa menampung berbagai macam rudal, termasuk RIM-66 SM-2 Standard Missile, RIM-174 SM-6 Extended Range Active Missile, RIM-162 Evolved Sea Sparrow Missile, , dan rudal jelajah BGM-109 Tomahawk.

Kapal penjelajah ini juga memiliki dua senapan lima inci, dua peluncur triple Mk 32 untuk torpedo 12,75 inci, dua peluncur quad Mk141 untuk Harpoon RGM-84, dan dua Mk 15 Phalanx Close-in Weapon Systems.

Sedangkan kapal penjelajah kelas Slava memiliki 16 rudal anti-kapal SS-N-12 “Sandbox”, rudal darat ke-udara 64 SA-N-6 “Grumble”, dua peluncur “Gecko” SA-N-4 (masing-masing dengan 20 rudal), senapan kembar 130mm, dua tabung torpedo 21 inci, dan enam senapan Gatling AK-630 30mm. Ini adalah arsenal yang menakutkan, tetapi kemapuan serangan darat agak lemah.

 

Peluncur rudal kelas Slava Soviet menunjukkan 16 rudal SS-N-12, meriam ganda 130 mm, dan dua senapan Gatling 30 mm.

Jadi, apa yang terjadi bila keduanya bertempur? Tentu saja, sebagian besar tergantung pada siapa yang melihat yang lain terlebih dahulu. Slava dapat mengoperasikan satu Ka-27 Helix sementar Ticonderoga memiliki dua Sikorsky MH-60R Seahawks. Ini memberi keunggulan tersendiri bagi Ticonderoga, karena kedua Seahawks bisa, melalui triangulasi radar Slava, memberikan perbaikan yang cukup baik bagi Ticonderoga untuk menembakkan rudal Harpoon-nya.

Bagian kunci dari pertarungan ini adalah pertukaran rudal anti-kapal. Slava memiliki dua kali lebih banyak rudal sebagai Ticonderoga – masing-masing dengan jarak tempuh 344 mil – dan hulu ledak konvensional sekitar satu ton yang bisa merobek Ticonderoga.

Namun rudal ini terbang di ketinggian tinggi  meski melaju lebih dari dua kali kecepatannya. Rudal akan mudah dideteksi dan kemudian ditangkis dengan untuk sistem Aegis di atas Ticonderoga. Ticonderoga kemungkinan akan menggunakan Harpoon untuk melakukan serangan.  SA-N-6 mungkin memiliki jarak serang lebih jauh, namun Harpoon masuk di ketinggian yang sangat rendah.

Setidaknya satu atau dua Harpoon kemungkinan akan menabrak Slava. Juga harus diingat MH-60R Ticonderoga, jika dilengkapi dengan rudal anti-kapal AGM-119 Penguin, bisa memberikan serangan kedua. Setidaknya salah satu Penguins kemungkinan akan menabrak Slava juga.

Kapal penjelajah rudal USS San Jacinto (CG 56) menembakkan senapan ringan MK 45 5 inci selama latihan

Setelah pertukaran ini, Slava kemungkinan akan menghadapi serangan salvo dan sistem tempur yang cacat. Dari sini, Ticonderoga memiliki dua pilihan: senjata api lima inci yang dilengkapi dengan putaran Vulcano atau yang lebih berisiko dengan menggunakan senapan jarak pendek untuk menyelesaikan pekerjaan. Terlalu dekat, bagaimanapun, akan menempatkan Ticonderoga dalam jangkauan tabung torpedo Slava, yang bisa sangat merusak bahkan menenggelamkan kapal penjelajah Amerika.

Di penghujung hari, kami menghabiskan uang kami, seperti yang selalu kami lakukan, di kapal penjelajah kelas Ticonderoga Amerika.

Tetapi sekali lagi ini hanyalah skenario di atas kertas. Di medan perang sebenarnya, semua tidak bisa diprediksi karena akan sanga tergantung situasi dan kondisi di lapangan serta bagaimana kemampuan kru kapal.