Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Yuyu Sutisna mengatakan saat ini TNI AU sudah memasuki tahapan Rencana Strategis atau Renstra II (2015-2019). Namun beberapa alutsista belum terpenuhi.
Hal itu disampaikan KSAU dalam entry briefing kepada para pejabat, Panglima, dan Komandan Satuan TNI AU, di Cilangkap, Jakarta Timur, Senin (22/01/2018).
Beberapa alutsista yang belum terpenuhi itu tentu saja salah satunya pesawat pengganti F-5 yang sampai saat ini belum juga ada kepastian. Rencana pembelian 11 jet tempur Su-35 rencananya baru akan ditandatangani kontraknya Januari ini. Itupun jika tidak mundur lagi.
Selain itu helikopter angkut dan helikopter VVIP/VIP juga belum terpenuhi. Alutsista lain adalah pesawat angkut berat, pesawat multipurpose amphibious, serta pesawat latih. Rencana modernisasi pesawat C130 H/HS, pesawat NC-212i, pesawat CN-295 Special Mission (Kodal) juga belum dijalankan. Pengadaan PTTA, radar dan senjata pesawat T-50i, Rudal pengamanan Ibukota, PSU, dan Radar GCI juga belum terpenuhi.
Yuyu menambahkan bahwa kebijakan TNI AU adalah dengan meningkatkan kemampuan untuk melaksanakan serangan udara maritim. Selain serangan udara maritim atau maritime air strike juga mendukung udara maritim atau maritime air support.
“Kebijakan TNI AU ke depan mengarah pada upaya pemantapan satuan untuk meningkatkan kesiapan operasional,” kata KSAU sebagaimana dilaporkan Antara.
Oleh karena itu, kata dia, tercapainya kemampuan operasional yang optimal satuan-satuan udara dan semakin mantapnya berbagai lembaga pendidikan, menjadi prioritas utama TNI AU.
Pembangunan postur TNI AU yang direncanakan, kata mantan Panglima Komando Operasi AU (Pangkoopsau) I tersebut adalah, akan tetap mengarah pada memperkuat kemampuan operasional satuan udara, yang mampu menghadirkan air superiority ke tengah samudra untuk security coverage bagi Naval Force.
Oleh karena itu, KSAU meminta agar dinas dan jajaran terkait, melaksanakan koordinasi yang ketat dengan Mabes TNI, Kemhan serta Kementerian/Lembaga terkait lainnya.