Yaman pada Minggu 21 Januari 2018 mengumumkan anggaran pertamanya sejak negara tersebut jatuh ke dalam konflik bersenjata pada tahun 2014. Hal ini menjadi sebagai tanda bahwa pemerintah yang didukung oleh Saudi berusaha untuk mendapatkan pegangan pada ekonomi yang kacau karena jutaan orang menghadapi kelaparan.
Yaman telah porak poranda karena perang saudara yang berlangsung tiga tahun antara pemerintah Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi yang diakui secara internasional dan didukung oleh tetangga utara Arab Saudi melawan Houthi yang didukung Iran.
Berkantor di kota pelabuhan Aden, pemerintah Hadi mengendalikan Bank Sentral telah berjuang untuk memberlakukan perintah di bagian selatan dan timur Yaman sehingga mereka mengendalikan atau mengusir Houthi dari wilayah yang mereka kuasai di sekitar ibu kota Sanaa.
Konflik tersebut telah mengakibatkan apa yang oleh PBB disebut sebagai krisis kemanusiaan terburuk di dunia, termasuk epidemi kolera yang paling mematikan di zaman modern dan keruntuhan ekonomi, yang telah menyebarkan kelaparan.
Perdana Menteri Yaman Ahmed bin Daghr mengatakan kepada wartawan, anggaran terbaru tersebut menetapkan total pendapatan yang diharapkan pada 2018 pada 978 miliar rials ($2,22 miliar atau sekitar Rp29,3 triliun) sementara belanja akan mencapai 1,46 triliun rials ($ 3,32 miliar atau sekitar Rp44 triliun)
“Ini adalah anggaran penghematan, termasuk gaji untuk militer dan warga sipil di 12 provinsi,” kata Bin Daghr kepada wartawan di Aden.
“Gaji di daerah yang didominasi Houthi akan terbatas pada sektor pendidikan dan kesehatan,” katanya sebagaimana dilaporkan Ruters.
Pemerintah belum membayar sebagian besar gaji sektor publik di wilayah utara selama lebih dari setahun dengan mengatakan bahwa Houhti merampas gaji tersebut. Tuduhan itu disangkal oleh Houhti. Kurangnya upah dan kenaikan harga telah mendorong harga kebutuhkan pokok tidak terjangkau.
Pendapatan minyak menyumbang lebih dari dua pertiga anggaran terakhir Yaman yang diluncurkan pada Januari 2014, namun perang telah merusak sektor ini dan para analis mengatakan bahwa ekspor turun hampir seperempat.
Ditanya bagaimana pemerintah berencana untuk menutupi defisit atau menghidupkan kembali sektor minyak untuk meningkatkan pendapatan, bin Daghr mengatakan bahwa bank sentral dan kementerian keuangan sedang mempelajari isu-isu tersebut.
Arab Saudi telah menempatkan deposito sekitar US$ 2 miliar ke bank sentral pekan lalu membantu menstabilkan mata uang Yaman, yang merosot ke level terendah yakni di atas 500 rials terhadap dolar Amerika.