Turki meluncurkan operasi darat dengan melintasi perbatasan utara Suriah pada Minggu 21 Januari 2018. Sebuah langkah yang kemungkinan akan meningkatkan ketegangan dengan Amerika Serikat dan juga Suriah.
Pejabat Turki mengatakan tentara memasuki wilayah Afrin sehari setelah jet-jet Turki menggempur target di sana dalam upaya untuk memukuk mundur milisi Kurdi dari wilayah tersebut.
“Operasi Olive Branch terus berjalan sesuai rencana dan operasi darat telah dimulai,” kata angkatan bersenjata Turki dalam sebuah pernyataan sebagaimana dikutip CNN, Minggu.
Kantor Berita Turki, Anadolu melaporkan pasukan Turki memasuki wilayah Afrin bersama dengan Free tentara pembebasan Suriah atau Syrian Army yang didukung Turki. Tan-tank yang semula berada di wilayah Hatay, Turki selatan bergerak masuk ke Suriah.
Operasi darat tersebut dilakukan beberapa jam setelah jet-jet Turki menargetkan milisi YPG yang didukung Amerika di daerah tersebut. Komando Pasukan Umum Demokrat Suriah mengatakan serangan tersebut menewaskan sedikitnya delapan orang dan melukai 13 lainnya.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dalam sebuah pidato publik hari Minggu di kota Bursa mengatakan operasi tersebut akan selesai dalam waktu yang sangat singka.
Turki mengatakan bahwa pihaknya meluncurkan apa yang dijuluki Operation Olive Branch pada hari Sabtu untuk menargetkan “organisasi teroris” termasuk pasukan YPG.
Militer Turki mengatakan bahwa angkatan udara menghancurkan 108 sasaran di tujuh wilayah selama operasi tersebut, termasuk depot senjata dan barak milik milisi Kurdi dan ISIS.
Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengatakan dalam sebuah tweet Sabtu bahwa operasi tersebut tidak menargetkan warga sipil dan “orang-orang Suriah yang tidak berdosa.”
Sementara YPG mengeluarkan sebuah pernyataan di sebuah outlet berita pro-PKK, ANF, yang menyebut serangan Turki sebagai tindakan “barbar.”
“Kami tidak punya pilihan selain mnelawan,” demikian pernyataan YPG. “Kami memanggil semua anak muda kami untuk bertemu di barisan perlawanan.”
Washington sebelumnya meminta Ankara untuk menahan diri untuk tidak melakukan serangan militer di Suriah. “Fokusnya harus melawan ISIS,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri Heather Nauert pekan lalu.
Serangan tersebut kemungkinan akan memicu ketegangan antara Turki dan Amerika setelah pengumuman pasukan perbatasan yang didukung Amerika di Manbij, Suriah utara, pekan lalu.
Pasukan perbatasan yang beranggotakan 30.000 tentara Syrian Democratic Forces (SDF) yang didukung oleh Amerika didominasi oleh pejuang YPG, akan dilatih di Manbij.
Masuknya pasukan Turki ke wilayah Suriah juga bisa memunculkan konflik dengan pasukan pendukung Bashar Asaad. Sebelum ini mereka mengatakan jika masuk ke wilayah Suriah maka Turki akan dianggap melakukan agresi dan akan dilawan.
