Helikopter serang Apache Angkatan Darat Amerika jatuh pada Sabtu 21 Januari 2018 dini hari saat melakukan misi pelatihan rutin di National Training Center di Fort Irwin, California. Baik pilot maupun co-pilot tewas dalam kejadian tersebut.
“Penyebabnya saat ini sedang dalam penyelidikan oleh karena itu kami tidak dapat memberikan rincian lebih lanjut saat ini,” kata Letnan Kolonel Jason S. Brown, juru bicara Angkatan Darat di Pentagon dalam sebuah pernyataan kepada Fox News.
Seorang pejabat lain mengatakan Apache tersebut kecelakaan saat latihan. Helikopter itu tersebut menjadi bagian dari Divisi Infanteri ke-4 Angkatan Darat yang berbasis di Fort Carson, Colorado. Helikopter itu dikirim ke California sebagai bagian dari rotasi latihan reguler di gurun California.
Kecelakaan itu terjadi beberapa jam setelah pemerintah Amerika Shutdown atau berhenti beroperasi, namun para pejabat tadi mengatakan bahwa hal itu tidak ada hubungannya.
Tetapi kecelakaan yang terjadi ini menjadi kecelakaan mematikan pertama yang dialami militer Amerika Serikat pada 2018.
Pada bulan November, kepala penerbangan Angkatan Darat, Mayor Jenderal William Gayler, mengatakan kepada Kongres bahwa jam terbang pilotnya berada pada tingkat terendah dalam 30 tahun setelah bertahun-tahun pemotongan anggaran.
Pada Jumat 19 Januari 2018, Menteri Pertahanan Amerika Jim Mattis mengatakan bahwa keunggulan militer atas Rusia dan China telah “terkikis,” dan menyalahkan pemotongan anggaran serta lebih dari 16 tahun melakukan pertempuran terus-menerus. Di satu sisi Beijing dan Moskow terus melakukan modernisasi kekuatan mereka.
“Sudah lama, kami telah meminta militer kami diam membawa kesuksesan dengan biaya berapapun karena mereka bekerja tanpa lelah untuk menyelesaikan misi tersebut dengan sumber daya yang tidak memadai dan tidak seimbang, hanya karena Kongres tidak dapat mempertahankan ketertiban reguler,” kata Mattis mengatakan dalam sebuah pidato di Johns Hopkins School of Advanced International Studies di Washington, DC
Dengan tidak ada anggaran, unit militer Amerika akan kehilangan kesempatan pelatihan yang berharga, “pesawat akan tetap berada di lapangan, pilot mereka tidak berada di ujung yang paling tajam,” Mattis memperingatkan.