Turki dilaporkan telah mulai menggempur Afrin, sebuah daerah yang dikuasai Kurdi di Suriah. Pertempuran di daerah kantong kecil, yang bahkan akan sulit dicari dip eta ini dapat menempatkan Ankara dalam konflik terbuka dengan sekutu NATO dan Amerika Serikat.
Afrin merupakan daerah kantong Kurdi di utara Suriah. Selama beberapa hari terakhir, media internasional telah melaporkan tentang tentara Turki, tank dan kendaraan lapis baja yang melaju ke arah perbatasan Suriah.
Serangan ke Afrin dikatakan sebagai perpanjangan dari Euphrates Shield Operation Turki yang awalnya digelar untuk memburu ISIS dan mendorong pasukan Kurdi keluar dari kantong mereka di Suriah utara.
Masalah menjadi rumit ketika Kurdi yang diserang oleh Turki adalah kelompok yang selama ini didukung dan dipersenjatai oleh Amerika. Kurdi menjadi pasukan andalan Amerika dalam pertempuran darat melawan ISIS. Bahkan beberapa waktu terakhir Amerika membakar Timur Tengah dengan menyatakan akan membentuk pasukan perbatasan yang terdiri dari setidaknya 30.000 pasukan Kurdi. Amerika menyebut pasukan ini bertujuan untuk menjaga ISIS tidak muncul lagi, meski semua juga tahu tujuan lain adalah mengadang pengaruh Iran serta menjungkirkan rezim Bashar Assad yang berkuasa di Suriah.
Belum bisa ditebak strategi apa yang akan digunakan Ankara untuk merebut Afrin, namun serangan darat tampaknya akan menjadi tulang punggung rencana Turki. Hal ini terlihat dengan banyaknya pergerakan pasukan dan tank di daerah perbatasan. Media Turki juga melaporkan tentara Turki telah memasang jammers sinyal, yang mengindikasikan bahwa intervensi tersebut mungkin juga mencakup peperangan elektronik.
Namun, bukan Turki sendiri yang akan melakukan serangan. Dalam operasi sebelumnya di tanah Suriah, Ankara mengandalkan pemberontak pro-Turki yang menguasai sebagian besar kekuatan untuk berperang melawan orang Kurdi.
Kali ini kemungkinan tidak akan jauh berbeda. Pada Selasa 12 Januari 2018, ketika ditanya apakah gerilyawan Suriah akan terlibat dalam operasi Afrin, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan: “Tentu saja mereka akan bersama-sama. Perjuangan ini sedang dilakukan untuk mereka. Bukan untuk kita. ”
Beberapa media Turki sempat melaporkan bahwa serangan tersebut kemungkinan akan dimulai dengan serangan udara terhadap 149 sasaran Unit Perlindungan Orang Kurdi (YPG), dengan serangan udara yang melibatkan pejuang dan pesawat tak berawak.