Pada akhir 2017, Angkatan Laut Rusia meluncurkan kapal frigat terbaru mereka yang bernama Admiral Makarov. Kapal, yang akan berbasis di Sevastopol tersebut merupakan salah satu dari Kelas Admiral Grigorovich, sebuah kapal serbaguna yang tangguh.
Setiap frigat kelas Admiral Grigorovich dipersenjatai dengan delapan rudal jelajah serang darat Club-N, varian rudal Kalibr yang digunakan untuk menyerang target ISIS jauh di dalam wilayah Suriah. Dua sistem rudal pertahanan udara Kashane CIWS dan 24 rudal anti-pesawat Shtil-1 membentuk komponen pertahanan udara di masing-masing kapal, dan juga ada senapan A-190E di haluannya.
Frigate ini menawarkan kemampuan layar 4. 850 mil laut, kecepatan tertinggi 30 knot, daya tahan 30 hari dan diawaki 193 orang.
Sebagian besar armada Angkatan Laut Rusia saat ini adalah korvet, kapal kecil yang dipersenjatai dengan rudal jarak jauh yang tidak bisa berlayar terlalu jauh dari pantai lama. Frigat secara tradisional menjadi tulang punggung sebagian besar angkatan laut dunia, dan Rusia masih belum menyerah untuk memiliki kapal perang besar seperti yang terjadi pada saat Perang Dingin.
“Rusia telah menyadari bahwa kemampuan lebih penting dari pada platform,” kata Dmitry Gorenburg, seorang ilmuwan riset senior di Center for Naval Analyzes kepada Business Insider.
“Angkatan Laut Rusia cukup mampu melaksanakan misi utamanya, seperti perlindungan pesisir dan pencegahan konvensional dengan rudal jelajah di samping peran SLBM dalam pencegahan nuklir,” kata Gorenburg melalui email.
Admiral Makarov akan menjadi frigat kelas Admiral Grigorovich ketiga di Angkatan Laut Rusia. Rusia awalnya merencanakan untuk memiliki total enam frigat, namun kejadian baru-baru ini membuat jadwal program dalam keadaan tidak pasti.
Frigat Admiral Grigorovich pada dasarnya adalah sebuah modernisasi menyeluruh dari frigat Krivak IV, sebuah kapal yang dibangun untuk dan diekspor ke Angkatan Laut India dari tahun 1999 sampai 2012.

Awalnya tidak ada rencana untuk melakukan modernisasi seri Krivak lagi, namun Angkatan Laut Rusia mulai memiliki masalah dengan bangunan dan integrasi frigat Kelas Admiral Gorshkov – kapal yang dimaksudkan untuk menjadi pusat armada Angkatan Laut Rusia.
“Butuh waktu lama untuk menyelesaikannya,” kata Gorenburg Kamis 18 Januari 2018. “Ada beberapa masalah dengan beberapa sistem – ini adalah semacam konstruksi baru – dan karena itu mereka menyadari bahwa mereka benar-benar membutuhkan kapal baru lebih cepat.”
Rusia kemudian beralih dengan memodernisasi Krivak IV, yang mereka tahu bisa dibangun dan diterjunkan lebih cepat, dan dalam prosesnya kemudian menciptakan kelas baru.
Pembangunan kapal menemui halangan ketika Rusia kemudian menganeksasi Crimea dan perang pecah di Ukraina. Kapal-kapal tersebut membutuhkan mesin turbin gas khusus yang berasal dari perusahaan Ukraina, yang setelah aneksasi mereka tidak bisa mendapatkannya. Ukraina tidak mau menjual mesin tersebut ke Rusia.
Akibatnya, Rusia mengumumkan bahwa mereka akan menjual dua dari tiga frigat kelas Grigorovich yang sedang dibangun ke India, yang akan dapat membeli mesin itu sendiri.
Rusia masih menyatakan akan tetap memiliki enam frigat untuk Armada Laut Hitam, setelah membangun sendiri mesin turbin gas di dalam negeri.
“Masih ada beberapa masalah di industri perkapalan, tapi tidak seburuk lima tahun yang lalu,” kata Gorenburg.
“Secara keseluruhan, Angkatan Laut akan cukup berhasil membangun kapal-kapal kecil yang efektif sambil menunda kapal-kapal besar [kapal destrpuer, kapal induk] untuk masa depan yang tidak terbatas.”