Apakah Korea Utara Mampu Menembak Pesawat Amerika?
F-15C

Apakah Korea Utara Mampu Menembak Pesawat Amerika?

Korea Utara pada September 2017 lalu menegaskan mereka telah berhak untuk menembak pesawat Amerika meski mereka terbang di luar wilayah udara mereka. Hal ini karena Pyongyang menyebut Presiden Amerika Donald Trump telah mendeklarasikan perang kepada mereka.

Amerika Serikat secara rutin mengirimkan jet tempur dan pembom mereka ke dekat Korea Utara. Bahkan penerbangan terakhir yang melibatkan B-1B Lancer dan F-15C Eagle terbang di sisi utara zona demiliterisasi. Jarak terjauh yang dilakukan Amerika Serikat selama abad ke-21.

“Ini adalah wilayah terjauh dari Zona Demiliterisasi (DMZ) yang diambil pesawat tempur Amerika atau pesawat pembom yang biasanya terbang di lepas pantai Korea Utara. Hal ini menggarisbawahi keseriusan dimana kita menanggapi perilaku ceroboh DPRK,” kata juru bicara Pentagon Dana White dalam sebuah pernyataan

Pertanyaanya, apakah Kim Jong un akan benar-benar mampu menembak pesawat Amerika?  Angkatan Udara Korea Utara hanya memiliki beberapa jet tempur yang relatif modern termasuk versi awal MiG-29 Fulcrum dan MiG-23 Flogger buatan Soviet yang dapat mengancam pesawat tempur Amerika.

Pesawat ini jelas akan sangat sulit untuk bisa mendekat ke B-1B atau B-52 apalagi B-2 untuk bisa mendapatkan posisi tembak. Para pembom ini tidak akan mungkin terbang sendirian. Mereka akan dikawal jet-jet tempur superioritas udara Amerika terutama F-15C Eagle atau F-22 Raptor. Para pengawal ini akan mendeteksi pergerakan jet tempur Korea Utara dan kemudian mengejarnya untuk berduel satu lawan satu.

Di atas kertas, akan sulit Fulcrum atau Flogger bisa menandingi Raptor dan Eagle, meski tentu saja teknologi bukan satu-satunya penentu dalam pertempuran udara ke udara.

Korea Utara akan memiliki kesempatan lebih baik untuk menembak jatuh sebuah bomber dengan menggunakan rudal permukaan ke udara dengan catatan pesawat Amerika terbang cukup dekat

Meski ssebagian besar sistem pertahanan udara Korea Utara adalah sistem Soviet yang lebih tua, Pyongyang melakukan beberapa pengembangan senjata di dalam negeri yang sangat mumpuni.

“Mereka memiliki campuran rudal darat ke udara Soviet, termasuk S-75, S-125, S-200 dan Kvadrat, yang kemungkinan dalam kondisi kurang baik,” kata Vasily Kashin, seorang peneliti di Pusat Studi Eropa dan Internasional Komprehensif di Sekolah Tinggi Ekonomi Moskow kepada National Interest.

“Mereka biasa memproduksi S-75  sendiri dan mereka  menerima beberapa upgrade yang signifikan. Selain mereka, sejak awal tahun 2010 mereka memasukkan sistem SAM modern yang oleh Amerika Serikat dan Korea Selatan kerap disebut sebagai KN-06. ”

Tidak jelas berapa banyak baterai SAM  yang telah dibangun Pyongyang, namun senjata Korea Utara adalah sistem yang sangat mengejutkan yang serupa dengan versi model awal S-300 buatan Rusia. “KN-06 memiliki radar bertahap dan sistem panduan rudal dan mungkin setara dengan S-300P versi awal namun memiliki jangkauan yang lebih jauh.”

Kashin,  yang merupakan pakar masalah Asia – mengatakan bahwa sumber Korea Selatan telah menyebut bahwa KN-06 telah berhasil diuji. Senjata tersebut diperkirakan memiliki jangkauan hingga 150 km.

Salah satu alasan mengapa KN-06 sering diabaikan – walaupun informasi mengenai senjata Korea Utara ini tersedia – adalah bahwa para analis Barat sering meremehkan kemampuan industri Pyongyang.

Pyongyang telah menembak jatuh pesawat militer Amerika di masa lalu – dan lolos begitu saja. Salah satu peristiwa tersebut terjadi pada tanggal 15 April 1969, ketika Pemerintahan Nixon, saat sebuah pesawat pengintai Navy Lockheed EC-121 Warning Star ditembak dan menewaskan 31 awak.

Presiden Richard Nixon pada akhirnya tidak melakukan pembalasan namun sempat mempertimbangkan serangan nuklir sebagai tanggapan atas provokasi Korea Utara itu.

Korea Utara juga tidak hanya menyerang pesawat Amerika di masa lalu. Mereka juga telah menyerang kapal angkatan laut Amerika. Pada tanggal 23 Januari 1968, Korea Utara merebut kapal pengintai Angkatan Laut Amerika USS Pueblo – membunuh satu pelaut dan menangkap 83 lainnya.

Kapal tetap berada di tangan Korea Utara, namun kru  dibebaskan pada tanggal 23 Desember 1968. Presiden Lyndon B. Johnson mempertimbangkan sejumlah tindakan pembalasan-termasuk serangan nuklir – namun akhirnya mundur.

Dengan kondisi seperti ini, Korea Utara dengan segala kondisinya tetap akan mampu mengancam pesawat-pesawat Amerika.