Kontrak Pembelian Su-35 Indonesia Tetap Belum Ditandatangani
Sukhoi Su-35 di MAKS-2011 International Aviation and Space Show.

Kontrak Pembelian Su-35 Indonesia Tetap Belum Ditandatangani

Marsekal TNI Yuyu Sutisna yang baru dilantik sebagai Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) ingin mempercepat pengadaan alat utama sistem persenjataan (alutsista) di tubuh Angkatan Udara. Secara tidak langsung dia juga mengakui bahwa kontrak pembelian 11 jet tempur Su-35 yang rencananya ditandatangani 2017 tetap saja belum selesai.

“Harapan saya, dalam 3 bulan ini pengadaan alutsista yang tertunda akan saya selesaikan, sebagai contoh Sukhoi SU-35, saya harap bulan Januari ini bisa tanda tangan kontrak sudah di Kementerian Pertahanan,” tambah Yuyu seusai dilantik sebagai KSAU menggantikan Marsekal TNI Hadi Tjahjanto yang menjadi Panglima TNI.

Sebanyak 11 pesawat tempur Sukhoi SU-35 itu nantinya akan ditempatkan di Skuadron 14 Lanud Iswahjudi, Magetan menggantikan pesawat tempur jenis F5 yang sudah dikandangkan.

“Saya mencoba untuk mempercepat karena dengan kedatangan alutsista akan memperkuat kami dalam melaksanaan tugas dan juga ada pengadaan 5 radar ‘GCI’ (Ground Control Intercept) itu yang tertunda, kemudian dua radar pasif kemudian pesawat tanpa awak, ada beberapa itu yang akan kami lakukan untuk menambah kekuatan angkatan udara,” ungkap Yuyu.

Yuyu juga mengaku akan mengusahakan agar postur kekuatan TNI pada 2025 dapat tercapat. “Kita mengikuti postur sampai 2025, di bawahnya renstra (rencana strategis), terkait radar sampai 2025 akan didatangkan 32. Saat ini ada 20 (radar) dan 6 yang tadi saya katakan akan dipercepat sehingga renstra berikutnya 6 selesai dan harapannya 2025 tercapai karena tidak semudah itu pengadaan radar dan instalasi sebagainya,”  katanya dilaporkan Antara.

Pemerintah sebelumnya meyakini penandatanganan kontrak Su-35 akan dilakukan pada November 2018.

Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu pada 26 Oktober 2017mengatakan kesepakatan penjualan 11 jet tempur Rusia itu telah selesai dan tinggal ditandatangani November 2017.

Menhan juga mengatakan Flanker-E yang dipesan Indonesia memiliki persenjataan lengkap. “Senjatanya lebih dari lengkap karena dapat pengurangan diskon, jadi ada tambahannya,” kata Ryamizard di Jakarta, Kamis 26 Oktober 2017. Namun tidak dijelaskan senjata apa yang dimaksud dan tambahan apa yang didapat.

Saat ditanya wartawan pada 28 November 2018 Ryamizard Ryacudu menegaskan masalah pesawat Sukhoi Su-35 Flanker E dari Rusia sudah selesai dengan jumlah pembelian dipastikan 11 unit. Namun tidak dijelaskan apakah kontrak sudah ditandatangani atau belum.

“Lho, kok, nanya terus, sih. Masalah Sukhoi sudah selesai. Kita beli 11 unit, bukan delapan unit. Kalau beli delapan unit, itu namanya korupsi,” ujarnya kala itu.