Site icon

Su-24 Lahir dari Tugas Paling Sulit

Lahirnya F-111 di awal 1960an telah mampu membangun supremasi udara AS. Tugas insinyur Soviet jelas – membuat pesawat yang bisa menggabungkan tugas dari pembom tempur dan pesawat tempur pencegat untuk mencapai akurasi, kecepatan dan manuver baik ketika terbang tinggi maupun rendah.

Pada awal 1960-an, insinyur penerbangan Soviet menerima salah satu tugas yang paling sulit yang belum pernah diterima sebelumnya.

Ketika Amerika Serikat melangkah dalam desain pesawat serangan tangguh dengan sayap menyapu F-111, Angkatan Udara Soviet membutuhkan pesawat yang menyatukan dua kekuatan yakni kekuatan pembom tempur Su-7B dan pesawat tempur pencegat Su-15.

F-111

Pesawat baru harus mampu memukul target darat kecil, mencapai kecepatan supersonik dan menembus pertahanan udara musuh dengan terbang di ketinggian 50 meter.

Su-15 diambil sebagai dasar untuk desain baru pada tahun 1963 dan dengan cepat mengalami perubahan besar. Sistem radar Orion dipasang di hidung kerucut pesawat yang cukup besar untuk kursi dua orang dalam posisi tandem  atau berdampingan.

Su-7B

Pada awalnya direncanakan untuk menginstal empat mesin RD36-35 guna memastikan take-off dan landing di landasan pendek, tapi tiga bulan setelah penerbangan perdananya pada bulan Agustus tahun 1965, pesawat menerima dua mesin AL-21F sebagai gantinya.

Beberapa ahli mengklaim, mesin dirancang dari mesin J79 yang diambil dari pesawat tempur AS yang ditembak jatuh di Vietnam.

Pada saat itu desainer Soviet tertinggal jauh di belakang Amerika mereka yang telah menempatkan pesawat F-111 ke langit delapan bulan sebelumnya.

Pesawat AS memiliki sayap variabel-menyapu yang dapat secara otomatis menyapu ke belakang ketika masuk ke penerbangan supersonik dan kemudian kembali ke posisi lebar ketika kecepatan lambat.

Su-15

Hal ini memungkinkan pesawat untuk menggabungkan ketinggian tinggi penerbangan supersonik dan stabil penerbangan ketinggian rendah sambil membawa beban berat bom.

Next: Teknologi Baru

Sayap sapu Soviet melakukan penerbangan perdananya pada bulan Januari 1970, ketika secara resmi ditunjuk sebagai Su-24. Tetapi lima tahun lebih baru masuk ke layanan.

Keterlambatan pembangunan operasional dan adopsi dikarenakan sejumlah kecelakaan selama pengujian, terutama pada tahap awal, disebabkan sebagian besar oleh sejumlah fitur yang sebelumnya tidak digunakan dalam penerbangan Soviet.

Kehidupan pilot tes dan operasional banyak diselamatkan oleh kursi ejeksi K-36D, meskipun hal ini menciptakan beberapa sakit kepala dalam instalasi mereka.

Dalam satu insiden pada bulan November 1975, seorang awak yang duduk di kursi kanan sebelum penerbangan uji tanpa disadari tersangkut pin aktivasi, dan beberapa saat kemudian navigator terlempar dari kokpit.

Menurut catatan kejadian, parasutnya dibuka secara normal dan ia melayang turun dengan aman. Ini adalah ejeksi pertama dari pesawat stasioner Soviet.

Su-24 dapat diterbangkan secara otomatis atau semi-otomatis di ketinggian hanya 50 meter. Pesawat ini memasukkan sistem Uni Soviet pertama navigasi dan serangan yang terintegrasi digital dengan memiliki pengintai laser dan sistem TV, memperluas jangkauan target potensial dan juga ketinggian serangan dapat diluncurkan.

Meskipun berbagai persenjataan, termasuk peluru kendali dan payload berat belum pernah ada sebelumnya, persenjataan utama pesawat ini tetap seperti pendahulunya, yakni bom nuklir taktis.

Menurut Departemen Pertahanan AS, gudang senjata Soviet pada saat itu beberapa kali lebih besar dari NATO, dan munculnya pesawat pengiriman ini seperti semakin memperburuk ketidakseimbangan yang ada di teater Eropa kala itu.

Sementara itu, pesaing Su-24 dari Amerika, F-111, dikerahkan dalam Perang Vietnam. Namun, debut pesawat tersebut gagal. Pesawat yang digaungkan sebagai pesawat pengebom yang “tak bisa ditembak jatuh” tersebut kalah telak saat diserang oleh rudal anti-pesawat S-75 yang telah usang pada penerbangan pertamanya. Namun secara umum, saat perang berakhir, F-111 dianggap sebagai pesawat pengebom yang paling efektif dibanding pesawat Angkatan Udara AS lain yang dikerahkan.

Su-24 melihat pangsa tempur di Afghanistan, dua konflik Chechnya, dan yang paling baru di Ossetia Selatan pada tahun 2008.

Tetapi dalam semua kasus itu pesawat beroperasi dalam kondisi buruk, karena kurang efektif untuk melawan pasukan musuh kecil yang bergerak di pegunungan dan desa-desa.

Berbeda ketika dirancang pesawat ini untuk menghadapi konsentrasi besar musuh yakni NATO. Laporan yang belum dikonfirmasi mengatakan dua pesawat hilang di Ossetia Selatan.

Lebih dari 1.400 pesawat yang diproduksi di semua varian. Saa ini  Angkatan Udara Rusia masih menerbangkan 124 Su-24 upgrade. Mereka secara perlahan digantikan Su-34 hingga 2020 nanti.

Exit mobile version