Di Fort Bragg di North Carolina Desember 2017 lalu, sebanyak 48 helikopter Apache dan Chinook berangkat dalam sebuah latihan yang melatih pasukan dan peralatan bergerak di bawah tembakan artileri guna menyerang sasaran.
Dua hari kemudian, di langit di atas Nevada, 119 tentara dari Divisi Lintas Udara ke-82 Angkatan Darat terjun dari pesawat kargo C-17 di bawah kegelapan dalam sebuah latihan yang mensimulasikan serbuan ke negara asing.
Dalam latihan tersebut Angkatan Darat mempraktikkan memindahkan pasukan payung pada helikopter dan menerbangkan artileri, bahan bakar dan amunisi jauh di belakang garis musuh.
Pada Februari nanti pos-pos Angkatan Darat di seluruh Amerika Serikat, lebih dari 1.000 tentara cadangan akan mempraktikkan bagaimana mendirikan pusat-pusat mobilisasi untuk memindahkan pasukan militer ke luar negeri dengan tergesa-gesa.
Pada Febuari ketika Olimpiade Musim Dingin di kota Pyeongchang, Korea Selatan digelar, Pentagon berencana untuk mengirim lebih banyak pasukan Operasi Khusus ke Semenanjung Korea. Sebuah langkah awal menuju apa yang beberapa pejabat katakan pada akhirnya dapat menjadi formasi sebuah gugus tugas berbasis Korea mirip dengan jenis yang sedang bertempur di Irak dan Syria. Yang lainnya mengatakan bahwa rencana tersebut sangat terkait dengan upaya kontraterorisme.
Di dunia militer Amerika, di mana perencanaan kontinjensi adalah hal yang biasa, gerakan tersebut seolah-olah merupakan bagian dari pelatihan standar dan rotasi pasukan. Tapi ruang lingkup dan waktu latihan menunjukkan fokus baru untuk membuat militer Amerika bersiap menghadapi apa yang bisa berada di cakrawala dengan Korea Utara.
Menteri Pertahanan Jim Mattis dan Kepala Staf Gabungan Amerika Jenderal Joseph F. Dunford Jr selalu mengatakna bahwa mereka masih akan mengandalkan diplomasi untuk menyelesaikan masalah Korea Utara.
Namun, sekitar dua lusin pejabat Pentagon dan mantan komandan senior dan beberapa pejabat dalam wawancara dengan New York Times mengatakan bahwa latihan tersebut sebagian besar mencerminkan tanggapan militer terhadap perintah dari Mattis serta para petinggi militer siap menghadapi kemungkinan aksi militer di Semenanjung Korea.