Pentagon dengan tegas membantah tuduhan Moskow bahwa mereka terlibat dalam serangan drone yang terjadi di pangkalan militer Rusia di Suriah.
Juru bicara Marinir Adrian Rankine-Galloway mengatakan bahwa “tuduhan bahwa pasukan Amerika atau koalisi berperan dalam serangan terhadap pangkalan Rusia tanpa dasar dan benar-benar tidak bertanggung jawab.”
Komentar tersebut muncul setelah Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan ada “kebetulan aneh” dari sebuah pesawat intelijen militer Amerika yang terbang di atas Mediterania di dekat pangkalan udara Hmeimim dan fasilitas angkatan laut Tartus saat serangan terjadi.
“Hampir tidak ada yang bisa mendapatkan koordinat yang tepat [untuk serangan] berdasarkan pengintaian berbasis ruang angkasa,” kata Kementerian Pertahanan Rusia.
Pernyataan tersebut disampaikan sehari setelah Kementerian Pertahanan mengatakan bahwa 13 pesawat tak berawak digunakan untuk menyerang fasilitasnya di Hmeimim dan Tartus pada 6 Januari 2018. Sebanyak tujuh drone ditembak jatuh dan enam lainnya terpaksa mendarat tanpa menimbulkan korban jiwa atau kerusakan.
Observatorium untuk Hak Asasi Manusia untuk Suriah yang berbasis di Inggris sebagaimana dikutip Associated Press, mengatakan bahwa serangan tersebut dilakukan oleh sebuah faksi pemberontak yang beroperasi di Provinsi Latakia, tempat basis Hmeimim berada, menurut kantor berita.
Namun Rusia mengatakan serangan dimulai dari wilayah Idlib yang dikuasai pemberontak. Drone yang digunakan meski sederhana dan buatan sendiri, memiliki teknologi canggih dan bisa dikendalikan dari jarak 100 km. Rusia mengatakan hanya negara maju yang memiliki teknologi militer semacam itu.