Turki meminta Rusia dan Iran untuk menekan penguasa Suriah menghentikan ofensif militer di Provinsi Idlib, yang dikuasai pemberontak Suriah. Hal ini karena Damaskus masih melancarkan serangan padahal sudah ada perjanjian internasional untuk mengurangi permusuhan di sana.
Idlib telah menjadi pusat perhatian dari perang Suriah karena pasukan pemerintah dan sekutunya bergerak dengan melancarkan serangan terhadap sebuah pangkalan yang dikuasai pemberontak, merupakan wilayah di Suriah yang masih di bawah kendali para pemberontak yang memerangi Presiden Bashar al-Assad.
Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia merasa cemas atas sekitar 2 juta orang di kawasan Idlib. Di wilayah itu penduduk telah berkembang sementara pemberontak Suriah dan warga sipil melarikan diri dari gerak-gerak maju di kawasan-kawasan lainnya. Konflik baru dapat memicu lagi orang-orang menjadi terlantar di perbatasan bagian selatan Turki.
Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengatakan Rusia dan Iran harus memenuhi tugas mereka berdasarkan persetujuan bersama yang dicapai dengan Turki tahun lalu. Ketiga negara tersebut mengumumkan sebuah “zona de-eskalasi” di Idlib.
Ia mengatakan gerak maju tentara Suriah dan pasukan sekutunya ke Idlib tak bisa terjadi tanpa bantuan Moskow dan Teheran, yang mendukung Bashar dalam perang itu.
“Iran dan Rusia perlu melaksanakan tanggung jawabnya. Jika Anda penjamin, hentikan rezim itu,” kata Cavusoglu kepada kantor berita Anadolu dalam wawancara yang disiarkan di saluran-saluran televisi Turki Rabu 10 Januari 2018.
Kementerian Luar Negeri Turki memanggil duta besar Iran dan Rusia pada Selasa untuk menyampaikan keluhan tentang pelanggaran-pelanggaran zona de-eskalasi Idlib, dan dia mengatakan Presiden Tayyip Erdoga mungkin menelepon Presiden Rusia Vladimir Putin menegenai isu tersebut.
Turki, yang menentang Presiden Bashar, baru-baru ini bekerja dengan para sekutu Rusia dan Iran untuk meencapai resolusi politik atas konflik tersebut. Tetapi Cavusoglu mengatakan serangan ofensif terhadap Idlib membahayakan usaha-usaha tersebut.
“Ini bukan serangann udara kecil, rezim itu bergerak ke Idlib. Tujuan itu berbeda di sini,” ujarnya. “Jika tujuan di sini untuk mengajak beberapa kelompok oposisi yang tak berminat pergi ke Sochi, akan terjadi serangan balik,” tambahnya, merujuk kepada rencana-rencana Rusia untuk menjadi tuan rumah sebuah pertemuan tentang Suriah pada akhir bulan ini.
Moskow mengatakan militan menyerang pangkalan angkatan laut dan udaranya di Provinsi Tartus dan Latakia dengan menggunakan drone yang diterbangkan dari bagian baratdaya zona de-eskalasi Idlib yang dikuasai kelompok-kelompok bersenjata “oposisi moderat”.
Sementara pasukan pro pemerintah menyerang dengan gencar, surat kabar Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan Moskow telah meminta militer Turki untuk memperkuat kendali atas kelompok-kelompok bersenjata di Idlib.