Kementerian Pertahanan Rusia menerbitkan foto-foto terbaru drone yang digunakan kelompok bersenjata untuk menyerang fasilitas militer mereka di Hmeymim dan Tartus. Foto-foto tersebut menunjukkan betapa pesawat tanpa awak yang membuat repot sistem pertahanan udara canggih Rusia itu sangat sederhana.
Pesawat tanpa awak yang digunakan untuk menyerang merupakan buatan tangan dengan menggunakan bahan sederhana seperti papan dan kayu lapis yang diikat dengan plakban. Kabel drone terlihat berserakan. Rotor dipasang dibagian depan dan seperti seadanya saja ditempelkan ke badan pesawat.
Sekilas memang sangat aneh drone sederhana semacam itu bisa menembus wilayah pangkalan militer yang pasti dijaga sangat ketat. Namun Kementerian Pertahanan Rusia menyebutkan meski sederhana, desain yang digunakan oleh militan hanya bisa diperoleh dari negara berteknologi maju.
Drone bahkan bisa dikendalikan dari jarak 100 km yang tidak mungkin dilakukan tanpa panduan satelit. Drone ini juga bisa membawa senjata dan menjatuhkannya yang juga membutuhkan sistem pengendali jarak jauh yang sangat mutakhir.
Namun, Pentagon mengatakan perangkat semacam itu sebenarnya bisa didapatkan dengan mudah di pasar terbuka.
Tentu saja Rusia merasa aneh dengan pernyataan Pentagon tersebut karena drone yang digunakan memiliki teknologi tinggi termasuk menggunakan panduan GPS yang tidak bisa sembarang orang bisa mendapatkannya.
Rusia mengingatkan bahwa serangan semacam ini bisa terjadi dan dialami oleh siapapun. Tidak hanya oleh Rusia.
Kelompok bersenjata yang menyerang pangkalan ini benar-benar telah menerapkan perang asimetris. Perang ini bisa didefenisikan sebagai sebuah serangan yang bergerak cepat dengan menggunakan senjata yang sederhana tetapi mereka didorong oleh doktrin radikal untuk menyerang kekuatan yang lebih besar dan lebih mampu.
Para penyerang telah mengambil inspirasi dari doktrin T.E. Lawrence, Sun Tzu, Che Guevara dan Ho Chi Minh dengan serangan inovatif dan sederhana tetapi merusak. Para tokoh ini dikenal sebagai penggerak perlawanan yang sangat merepotkan lawan meski dengan senjata yang sangat sederhana.
Dan drone yang menyerang pangkalan militer Rusia adalah manivestasi dari doctrine Sun Tzu dan Che Guevara. Dan sangat mungkin Rusia menjadi korban pertama sebelum negara-negara lain akan menghadapi tantangan yang sama.
Foto tersebut diterbitkan setelah Kementerian Pertahanan Rusia mengakui adanya serangan teroris dengan menggunakan 13 drone pada 6 Januari 2018. Sebanyak sepuluh pesawat tak berawak menargetkan pangkalan udara Hmeymim dan tiga ke pangkalan angkatan laut Tartus.
Sebanyak tiga pesawat diturunkan di daerah di luar pangkalan, sementara tiga UAV meledak setelah jatuh ke tanah sementara tujuh yang lain dihancurkan oleh sistem rudal pertahanan Pantsir-S.
Sebagaimana dilaporkan surat kabar Krasnaya Zvezda, pesawat tak berawak tersebut menyerang pangkalan udara Hmeymim setelah terbang dari daerah di barat daya zona de-eskalasi Idlib di Suriah, yang dikuasai oleh apa yang Amerika sebut sebagai oposisi moderat.