Site icon

Pesawat Yang Ditembak Prancis di Chad pada Juli 1988 Tetap Menjadi Misteri

C-130

Setelah bertahun-tahun berkonflik, pada 10 September 1987, Chad dan Libya sepakat untuk melakukan gencatan senjata. Namun, patroli udara Libya terus berlanjut.

Pada bulan Oktober Amerika Serikat menyerahkan rudal Stinger pertama ke angkatan bersenjata Chad dan pada 8 Oktober, menembak Su-22 Libya dan MiG-23 Libya.

Pada bulan Maret 1988, pasukan Prancis di Chad waspada. Intelijen telah memperingatkan adanya pergerakan pasukan yang signifikan di Libya selatan. Prancis menambahkan pertahanan ke pangkalan udara di Timou, Tanoua dan Maaten-es-Sara untuk mengantisipasi situasi. Tapi orang-orang Libia tidak menyerang.

Pada awal Juli 1988, tentara Prancis kembali siaga. Antara tanggal 7 sampai 9 Juli, menteri luar negeri Chad dan Libya bertemu di Libreville, Gabon. Orang-orang Prancis khawatir orang-orang Libia akan melakukan serangan selama pertemuan tersebut.

Di pangkalan Prancis yang berada di Faya-Largeau, pertahanan udara menjadi tanggung jawab Resimen Artileri Angkatan Udara ke-35. Resimen tersebut memiliki tiga tim Stinger yang disusun dalam tiga posisi di sekitar bukit yang disebut Rock of Mao.

Untuk membedakan lawan dan teman, pesawat teman diminta terbang di ketinggian tertentu saat menghadap Rock of Mao dan menyalakan lampu pendaratan mereka.

Pada tanggal 7 dan 8 Juli, Angkatan Udara Libya menerbangkan serangkaian pengintaian yang kemungkinan menggunakan Mirage 5DR dan MiG-25Rs  di atas Bardai, Ounianga Kebir dan  Faya Largeau.

Mirage 5DR Libya

Sekitar pukul 20.00 pada tanggal 7 Juli, sebuah pesawat transport tak dikenal tiba-tiba mendekati Faya Largeau di ketinggian sekitar 400 atau 500 meter. Pesawat membuat sebuah pass yang tidak sesuai dengan kriteria identifikasi. Selain itu pintu kargo belakang terbuka serta mengalirkan semacam uap.

Orang Prancis mendapat peringatan kemungkinan serangan senjata kimia dan merekapun mengenakan topeng dan pakaian pelindung.  Penembak mendapat izin untuk melepaskan tembakan. Pada jalur kedua, pesawat terbang – yang kemudian diidentifikasi sebagai C-130 – menyalakan lampu depannya. Saat itu jaraknya sekitar empat kilometer, dan ketiga tim rudal tersebut menembakkan Stingers mereka.

Pasukan Prancis menggunakan FIM-92 Stingers di Chad

Stinger pertama mengalami masalah teknis, yang kedua menghancurkan diri sendiri setelah mencapai akhir lintasannya sementara yang ketiga menghantam sasaran dan meledakkan.

Hari sudah gelap. Area dimana pesawat jatuh dijaga dengan ketat dan tidak dapat diakses. Keesokan paginya sebuah pesawat patroli Atlantic milik Prancis mengelilingi daerah itu selama 15 menit dan kemudian menghilang.

Para komandan Prancis tiba-tiba menarik beberapa awak Stinger dari tugasnya dan menggantinya dengan personil baru. Semua awak tidak ada yang bisa memastikan apa sebenarnya yang telah mereka tembak.

Hingga saat ini kejadian itu masih menjadi misteri. Pesawat apa yang ditembak malam itu tidak pernah terungkap. Salah satu kemungkinan itu adalah C-130H Libya. Atau juga bisa jadi pesawat teman – mungkin salah satu dari Lockheed L-100 atau varian C-130 sipil  yang disewa oleh berbagai badan intelijen Amerika untuk tujuan mereka sendiri.

C-130 Libya

Lima hari kemudian, pesawat lain terbang di atas Faya-Largeau dalam kondisi serupa, tapi kali ini tanpa pintu kargo belakang terbuka. Tidak ada yang melepaskan tembakan.

Menurut Ahmad Allam-Mi, Duta Besar Chad untuk Prancis antara 1982 dan 1990, Prancis telah menginformasikan kepada Chad tentang overflight di Faya Largeau oleh sebuah pesawat terbang yang “kemungkinan” milik Libya – dan overflights lainnya juga terjadi pada malam yang sama di Bardai dan Ounianga Kebir.

Namun negosiator Libya El Houdeiri dengan keras membantah dengan mengatakan bahwa negaranya tidak terlibat dalam penerbangan ini. Pihak Libya balik menuduh dengan mengatakan kepada warga Chad bahwa negara-negara yang tidak disebutkan “berusaha menentang sebuah kesepakatan damai” telah mengorganisir penerbangan tersebut dengan harapan menggagalkan pembicaraan yang sedang berlangsung.

Exit mobile version