Asia Terkunci dalam Perlombaan Rudal
JASSM

Asia Terkunci dalam Perlombaan Rudal

Kekuatan utama di Asia Utara terkunci dalam perlombaan senjata baru, yang dirancang untuk memberi mereka kemampuan menyerang tetangga mereka dengan cepat dan dengan sedikit pemberitahuan terlebih dahulu.

China, Taiwan, Jepang, Korea Utara, dan Korea Selatan semua sibuk mengembangkan atau membeli rudal jelajah dan balistik dengan rentang ratusan bahkan ribuan mil. Meskipun sebagian besar rudal dipersenjatai secara konvensional, beberapa dapat dan juga membawa senjata nuklir.

Apa yang mendorong perlombaan senjata ini? Semua perlombaan senjata selalu didorong oleh hal yang sama yakni persaingan dan ketegangan antar kekuatan. Ada kebuntuan permanen Korea Utara dengan Korea Selatan, Jepang, dan Amerika Serikat, namun juga persaingan Jepang dengan China di Laut Cina Timur, dan Taiwan versus China. Ini semua adalah titik nyala yang bisa meledak menjadi tindakan militer dan bahkan lebih buruk lagi, tidak memiliki solusi politik yang jelas di cakrawala.

Bagaimana masing-masing negara tersebut memperkuat gudang rudal mereka? Mari kita lihat satu per satu.

DF-21 China/Xinhua

China

Cina telah mengembangkan rudal balistik selama beberapa dekade, dan baru-baru ini juga membangun rudal jelajah. Pada tahun 1980an dan 1990an, rudal balistik merupakan jalan bagi Beijing untuk memproyeksikan senjata jarak jauh tanpa mengembangkan dan memproduksi senjata mahal seperti pembom dan kapal induk. Sebaliknya, Beijing membangun ratusan rudal jarak pendek seperti DF-11 dan DF-15 yang mampu mencapai satu-satunya target yang benar-benar penting yakni Taiwan.

Hari ini, kebijakan luar negeri China yang lebih agresif menjadikan mereka memerlukan rudal jarak jauh. Perselisihan teritorial China dengan Jepang di Laut Cina Timur, dengan sejumlah tetangganya di Laut China Selatan, dan persaingan baru dengan Amerika Serikat, membutuhkan rudal yang mampu menyerang sasaran sejauh pulau Guam.

Rudal balistik jarak menengah DF-21 dapat menargetkan ibu kota Vietnam Ho Chi Minh City, ibukota Filipina Manila, seluruh Taiwan, seluruh Korea Utara dan Selatan, dan seluruh Jepang. Jangkauan jarak jauh rudal balistik jarak menengah DF-26, juga dikenal sebagai “The Guam Express,” dapat menyerang target jauh seperti pangkalan udara dan angkatan laut Amerika di pulau Guam.

Selain hulu ledak konvensional, kimia, atau bahkan nuklir, DF-21 dan DF-26 keduanya memiliki varian “pembunuh kapal induk”. Dikenal sebagai rudal balistik anti kapal, atau ASBM, rudal tersebut berbasis di daratan China dan dirancang untuk menyerang kapal yang bergerak di laut.

ASBM sulit untuk ditanggulangi pertahanan udara berbasis laut karena profil penerbangan balistik tinggi dan kecepatan masuk kembali yang sangat cepat. DF-21 dan DF-26 dimaksudkan untuk menciptakan zona “no-go” di sekitar Asia tempat kapal Angkatan Laut Amerika tidak dapat beroperasi.

China juga memperluas kemampuannya dengan rudal jelajah DF-10A. DF-10A diluncurkan dari darat atau laut yang memiliki jangkauan 932 mil, dan dapat menyerang target di darat dan laut. Sebagai rudal jelajah, DF-10A terbang rendah dengan kecepatan subsonik, hingga bisa terbang di bawah radar pertahanan udara musuh.

NEXT