Ketika perang melawan ISIS di Irak dan Suriah, jet-jet tempur koalisi pimpinan Amerika Serikat telah menerbangkan ribuan sortie dan menjatuhkan berton-ton amunisi. Namun dengan berbuat demikian, mereka telah membuka pintu bagi jet tempur Rusia yang dengan penuh semangat menguntit jet-jet terbaik Amerika.
“Di langit Suriah, ini benar-benar merupakan harta karun bagi [Rusia] untuk melihat bagaimana kita beroperasi,” kata Letnan Jenderal VeraLinn “Dash” Jamieson dari USAF dalam sebuah briefing Air Force Association di hadapan Kongres dan wartawan Jumat 5 Desember 2017.
“Musuh kita mengawasi kita, mereka belajar dari kita,” kata Jamieson, yang menambahkan bahwa Angkatan Udara Rusia mengirimkan pasukannya ke Suriah untuk memberi mereka pengalaman tempur dunia nyata.
Selama kampanye udara di Suriah, Rusia melihat taktik, perilaku, radar, dan tanda termal dari pesawat tempur F-22 Amerika. Rusia sedang mencari tahu tentang Amerika dan kemudian menganalisanya.

Di langit Suriah, jet tempur terbaik Rusia bertatap muka dengan F-22, dan sepertinya hanya menunjukkan sedikit penghormatan.
Angkatan udara Rusia telah menggunakan kesempatan tersebut untuk menertawakan dan berbagi cerita tentang dominasi mereka dalam pertemuan semacam itu.
“Kami selalu menemukan diri kami ‘di ekor mereka’, yang berarti kemenangan dalam baku tembak,” kata Mayor Angkatan Udara Rusia, Maksim Makolin sebagaimana dilaporkan media Rusia.
Meskipun Rusia sering membesar-besarkan atau membuat cerita tentang kehebatan angkatan udaranya, ada alasan nyata untuk percaya bahwa Rusia memperoleh informasi berharga yang dapat membantunya dalam pertempuran dengan jet Amerika.
“Rusia dapat belajar lebih dari sekadar mengamati taktik / teknik, dan prosedur Amerika/ koalisi,” kata Justin Bronk, pakar pertempuran udara di Royal United Services Institute, kepada Business Insider Jumat 5 Januari 2017. “Mereka juga bisa ‘mendeteksi’ jet tempur Barat dan aset udara lainnya dengan kontrol tembakan berbasis darat dan udara dan radar pencarian.”
F-22 mengandalkan stealth sebagai keunggulan mereka melawan jet-jet Rusia. Jika Rusia mendapatkan pengalaman melacak F-22 dengan pencarian inframerah dan radar,menurut Bronk, hal itu akan menjadi “hal yang sangat berguna.”
Rusia yang beroperasi di dekat Amerika Serikat yang memungkinkan mereka menyetel sensor udara dan darat mereka untuk mendeteksi semua jenis pesawat Amerika dan koalisi yang beroperasi di Suriah.
Akibatnya, keuntungan yang diberikan pada pesawat seperti F-22 yang memanfaatkan siluman – dan semua jet tempur Amerika yang menggunakan taktik rahasia dalam skenario tempur – mungkin telah terkikis.
“Rusia telah mendapatkan wawasan dan informasi yang tak ternilai harganya dengan beroperasi di ruang udara yang diperebutkan di samping kami, dan mereka menggabungkan pelajaran yang dipetik dari melakukan serangan jarak jauh,” kata Jamieson.
Tapi menurut Bronk, sebenarnya Amerika pun pasti juga mendapatkan keuntungan untuk bisa mengetahui lebih dekat tentang jet tempur Rusia serta taktik tempurnya.
“Meski Rusia tentu mendapat keuntungan dari kesempatan untuk belajar tentang operasi dan kemampuan udara Barat di langit bersama di Suriah, proses itu berjalan dua arah karena pesawat militer Rusia juga beroperasi di wilayah udara yang banyak dikuasai oleh aset-aset Barat, ” kata Bronk.
Namun, seiring berjalannya waktu dan musuh mengejar ketinggalan, masa depan supremasi udara Amerika dipertanyakan. “Angkatan Udara Amerika dapat mempertahankan supremasi udara hari ini,” kata Letnan Jenderal Chris Nowland dari Angkatan Udara Amerika di forum yang sama. “Pertanyaannya adalah masa depan.”