Uni Soviet memiliki perbatasan luar biasa panjang yang sulit untuk dilakukan patroli dalam rangka pegnawsi pembom nuklir dan pesawat mata-mata Amerika. Rudal permukaan ke udara mereka bagaimanapun tidak akan mampu mengkover wilayah yang sedemikian luas.
Dihadapkan pada masalah ini, Soviet menempuh solusi yang khas yakni membangun sebuah jet tempur raksasa yang kemudian dikenal sebagai Tupolev Tu-128. Pesawat ini memiliki panjang 30 meter dan berat total saat terisi penuh hingga 43 ton yang berarti setengah lebih berat dibandingkan jet tempur Amerika F-4 Phantom yang sudah dikenal sebagai jet tempur besar.
Tu-128 yang oleh NATO disebut sebagai Fiddler ini menjadi pesawat tempur terbesar dan terberat yang pernah masuk layanan operasional.
Lebih khusus, Tu-128 adalah pencegat yang dirancang untuk mencegat pesawat pembom lamban B-52 secepat mungkin. Pada awal dekade Perang Dingin, baik di Amerika Serikat dan Uni Soviet mengembangkan pencegat khusus, yang diharapkan akan mampu untuk menangkis serangan udara nuklir potensial.
Pencegat membutuhkan kemampuan terbang kecepatan tinggi dan jarak jauh untuk mencegat pembom musuh sebelum mereka bisa melepaskan senjata yang menghancurkan mereka. Pesawat juga harus memiliki radar yang efektif dan rudal jarak jauh untuk menyerang mereka. Di sisi lain, pencegat tidak memerlukan kemampuan manuver tinggi seperti jet tempur.
Soviet mengembangkan beberapa generasi pencegat cepat Sukhoi selama tahun 1950 dan 60-an, tetapi pesawat ini hanya bisa terbang hingga sekitar 400-500 mil, dan kurang dalam hal radar. Moskow membuat persyaratan pada tahun 1955 untuk bisa mendapatkan pesawat yang bisa membawa bahan bakar lebih banyak, radar yang kuat dan rudal udara ke udara berat.
Tiga tahun kemudian, biro Tupolev mengajukan pencegat Tu-28 yang digunakan sebagai dasar prototipe bomber supersonik Tu-98. Tu-28 pertama kali terbang pada tahun 1961 dan segera terbukti berhasil dalam pelacakan dan menembak jatuh drone target, yang menjadikan pesawat kemudian masuk produksi dan dikenal sebagai Tu-128.
Didukung oleh dua mesin turbojet AL-7F, pencegat sayap menyapu setinggi tujuh meter dapat membawa hingga 15 ton bahan bakar yang memungkinkan untuk beroperasi pada rentang 1.600 mil dan tinggal di udara selama lebih dari dua setengah jam.
Navigator mengoperasikan radar RP-S Smerch dengan rentang deteksi hingga 31 mil, yang tidak buruk untuk zaman tersebut. Sementara sebagian besar pesawat tempur Soviet sangat tergantung pada perintah dari pusat radar di darat, radar kuat Fiddler memungkinkan mereka untuk secara mandiri memburu dan melacak sendiri targetnya.
Setelah mengunci musuh, Fiddler bisa menggunakan empat rudal besar R-4 (penyebutan NATO AA-5 Ash) yang ada di bawah sayap. Rudal sepanjang lima mater dan berat lebih dari 1.000 pon ini datang dalam dua varian yakni dipandu inframerah dan radar dengan rentang masing-masing sembilan dan 15 mil dan tetap efektif bahkan terhadap sasaran-sasaran di ketinggian lebih tinggi. Doktrin Soviet adalah memecat lebih dari satu rudal ke setiap jenis terhadap target yang sama untuk meningkatkan kemungkinan membunuh.
Next: Amerika Mengubah Konsep Serangan
https://www.youtube.com/watch?v=VQ3kB82fcmA
Namun, Tu-128 pasti tidak ingin terlalu dekat dengan musuh. R-4 memiliki jangkauan minimal satu mil, dan membuat Fiddler lamban, menderita loading sayap tinggi, hanya bisa mentolerir beban g- maksimum 2.5g ketika membuat manuver (jet tempur kontemporer biasanya memiliki kemampuan manuver 4g). Karena itu tidak dimaksudkan untuk berbenturan dengan pejuang musuh, Fiddler juga tidak memiliki penanggulangan elektronik dan penerima radar peringatan.
Masalah serius lain adalah bahwa radar dan rudal Fiddler tidak akan bekerja ketika pesawat terbang rendah dan doktrin Angkatan Udara AS bergeser dari kecepatan tinggi ke serangan ketinggian rendah pada 1970-an.
Akhirnya, Uni Soviet melakukan upgrade ke semua pencegat dengan standar Tu-198M baru, yang telah ditingkatkan pada radar dan rudal R4M yang bisa mencapai target serendah setengah mil di atas tanah. Kemudian dalam kehidupan pelayanan mereka, Fiddlers juga dipasangkan dengan pesawat Tu-126 AWACS untuk meningkatkan peluang mereka mendeteksi penyusup.
Sebanyak 198 Tu-128 diproduksi, termasuk 14 varian pelatih Tu-128UT, yang memiliki kokpit ketiga aneh terletak di hidung bengkok yang menjadikan mereka dijuluki “Pelicans.”
Hanya pilot senior ditugaskan untuk unit Fiddler, dan mereka menerima gaji tertinggi untuk pilot Soviet. Kru Fiddler harus disiapkan dengan tugas di pangkalan garis depan dan melakukan penerbangan jarak jauh di ke pangkalan udara. Mereka secara rutin harus membayangi pesawat mata-mata SR-71 Blackbird yang terlalu cepat untuk Fiddler untuk mencegat atau menyerang.
Namun, Blackbirds tinggal di wilayah udara internasional, tidak seperti para pendahulu mereka yang lebih lambat.
Fiddler disukai oleh pilot baik karena kehandalan, tingkat mendaki cepat dan kinerja tinggi. Tu-128 bahkan bisa supercruise, yaitu mempertahankan penerbangan supersonik tanpa membuang bahan bakar ke afterburner, suatu sifat yang sangat berharga dalam desain tempur hari ini.
Pada sisi negatifnya, Fiddler membuthkan landas pacu yangpanjang yakni lebih dari 12 mil. Konsumsi bahan bakar yang tidak merata di seluruh tangki bahan bakar yang sangat besar juga bisa mengakibatkan ketidakseimbangan pesawat.
Interceptor Soviet juga terbukti kokoh; ketika dua Tu-128s bertabrakan pada tahun 1978, salah satu pesawat berhasil mendarat kembali di pangkalan dengan satu mesin fungsional dan sayap rusak.
Tu-128 tetap dalam pelayanan sampai tahun 1990, ketika itu akhirnya sepenuhnya pensiun dan diganti MiG-31 Foxhound yang bisa mencapai Mach 3 dan menggunakan radar dan rudal yang jauh lebih.