Uji coba rudal balistik antarbenua Korea Utara pada Juli 2017 memunculkan kabar aneh yang sangat penting. Ketika Amerika Serikat, Jepang, Korea Selatan, dan Korea Utara semua sepakat bahwa Hwasong-14 yang dilucurkan adalah sebuah ICBM, Rusia menegaskan sebaliknya.
Rusia mengklaim bahwa rudal tersebut hanya merupakan rudal balistik jarak menengah dan bukan antar benua. Apakah itu kesalahan teknis, kecakapan bermain politik, atau kekurangan kemampuan asli.
Setelah tes Korea Utara kedua ICBM pada bulan Juli, Rusia kembali menolak pernyataan seluruh dunia yang dalam menyatakan rudal yang diuji adalah ICBM.
Mengingat panjang gelombang UHF yang relatif besar seperti sistem Voronezh Rusia, yang terutama dirancang untuk mendeteksi masuknya ICBM Amerika tidak masuk akal bahwa platform Rusia tidak mampu mendeteksi rudal dua tahap Korea Utara Hwasong-14 meski relatif lebih kecil.
Kesenjangan dan keterbatasan kemampuan peringatan dini Rusia telah lama didokumentasikan oleh pengamat asing.
Pada bulan Desember 2016, Rusia menyombongkan diri sehingga menyelesaikan pembangunan cakupan peringatan dininya, dan pada bulan Desember 2017, Angkatan Udara Rusia mengumumkan dimulainya operasi tempur peringatan dini terakhirnya di tiga lokasi.
Menteri luar negeri Rusia Sergey Lavrov baru mengakui Korea Utara memiliki ICBM setelah rudal Hwasong-15 yang jauh lebih besar.
Semua ini meninggalkan sejumlah kemungkinan, jika Korea Utara meluncurkan Hwasong-14, Rusia tidak akan dapat melihat ICBM yang pada gilirannya, menimbulkan banyak keraguan tentang kesuksesan dan kegunaan dari sistem peringatan dini baru mereka.