12 Orang Meninggal, Inilah Yang Bisa Kita Tahu dari Demonstrasi Iran

12 Orang Meninggal, Inilah Yang Bisa Kita Tahu dari Demonstrasi Iran

Iran minggu ini diguncang dengan demonstrasi terbesar di negara ini sejak 2009. Demonstran pro dan anti-pemerintah turun ke jalan mulai Kamis dan merambah ke Ibukota Teheran dan kota terbesar kedua di Iran, Masyhad.

Sedikitnya 12 orang tewas pada Senin 1 Janmuari 2017, enam di kota kecil Tuyserkan, dua di kota Dorud, dua di kota barat daya Izeh, serta dua di provinsi Lorestan.

Protes telah menarik perhatian global, dan rekaman aksi telah dibagi ratusan ribu kali di media sosial. Iran akhirnya memblokir akses internet untuk mencegah demonstran menyebarkan aksi demonstrasinya.

Inilah yang perlu Anda ketahui tentang demonstrasi:

Demonstran yang dimulai pada Kamis 28 Desember 201u pada awalnya memprotes kemerosotan ekonomi Iran dan melonjaknya harga kebutuhan dasar seperti telur dan unggas.

Namun, saat jumlah peserta makin banyak,  isu yang dibawa demonstran mengarah ke politis. Para aktivis menuduh pemerintah Iran melakukan korupsi dan meminta Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei untuk mengundurkan diri.

Protes menarik perhatian global saat para aktivis mulai memposting foto dan video demonstrasi ke media sosial. Beberapa video menunjukkan pemrotes meneriakkan “Death to the dictator!” dan “Death to Rouhani,” , presiden Iran.

Rekaman lainnya menunjukkan para aktivis meneriakkan slogan seperti “Kami tidak menginginkan Republik Islam!”

Saat demonstrasi meningkat, pemrotes pro-pemerintah membanjiri jalan-jalan pada hari Sabtu 31 Desember 2017 untuk melawan aktivis anti-korupsi.

Kelompok garis keras Iran yang mendukung Presiden Hassan Rouhani, Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei, bergerak akhir pekan ini untuk membalas dendam terhadap para demonstran.

Bentrok demonstran tak bisa dihindarkan. Aktivis keluar dengan kekuatan penuh setelah demonstran pro-pemerintah berkumpul pada hari Sabtu.

Protes tersebut berpindah dari kota-kota luar ke ibu kota Iran, Teheran. Mereka juga mengguncang kota terbesar kedua di Iran, Masyhad.

Aparat kepolisian menggunakan gas air mata dan meriam air untuk membubarkan kerumunan orang saat demonstrasi semakin besar.

Dan ketika itu terjadi, media pemerintah juga dipaksa untuk mengakui bahwa mereka sebelumnya tidak melaporkan tentang demonstrasi atas perintah pejabat keamanan.

“Kelompok-kelompok gerilyawan dan media asing melanjutkan usaha terorganisir mereka untuk menyalahgunakan masalah ekonomi dan mata pencaharian masyarakat untuk memberikan kesempatan munculnya tindakan tidak sah dan mungkin kekacauan,” kata TV pemerintah mengenai demonstrasi tersebut.

Namun pejabat Iran dan media pemerintah menambahkan bahwa warga memiliki hak untuk melakukan demonstrasi dan mendengar suara mereka mengenai masalah sosial.

Selain 12 orang meninggal, ratusan pemrotes telah ditangkap. Seorang warga Iran, yang meminta namanya dirahasiakan, mengatakan kepada Reuters bahwa ada kehadiran polisi yang cukup besar di Teheran.

“Saya melihat beberapa pemuda ditangkap dan dimasukkan ke dalam van polisi,” katanya. “Mereka tidak membiarkan siapa pun berkumpul.”

Pada hari Minggu, CEO Telegram Pavel Durov mengatakan di Twitter bahwa pihak berwenang telah memblokir akses ke aplikasi tersebut.

Aktivis menggunakan Telegram untuk mengatur dan mendiskusikan demonstrasi tersebut, dan mereka juga menggunakan Instagram untuk berbagi foto dan video demonstrasi.

Media negara menegaskan bahwa Instagram dan Telegram telah diblokir, dengan sebuah sumber mengatakan bahwa hal itu dilakukan sebagai tindakan pengamanan.

Pemerintah Iran menolak tanggung jawab atas kematian dan kerusuhan tersebut. Pihak berwenang mengatakan pasukan keamanan Iran tidak bertanggung jawab atas kematian tersebut dan menyalahkan ekstremis Muslim Sunni dan aktor asing.

Rouhani mengatakan bahwa demonstran memiliki hak untuk memprotes pemerintah, dan dia juga mengakui bahwa beberapa keluhan para pemrotes itu sah. Dia menambahkan, bagaimanapun, bahwa demonstrasi seharusnya tidak beralih ke kekerasan atau nyanyian anti-pemerintah.

Amerika Serikat sangat memperhatikan apa yang terjadi di Iran. Seperti biasa Presiden AS Donald Trump langsung berkomentar melalui Twitter yang mendukung demonstran.

“Seluruh dunia mengerti bahwa orang-orang baik Iran menginginkan perubahan, dan, selain kekuatan militer Amerika Serikat yang luas, orang-orang Iran adalah yang paling ditakuti oleh pemimpin mereka…” tulisnya. “Rezim yang menindas tidak dapat bertahan selamanya, dan hari akan tiba ketika rakyat Iran akan menghadapi sebuah pilihan. Dunia sedang menyaksikan! ”

“Protes besar di Iran,” ia kemudian menambahkan. “Orang-orang akhirnya bijak bagaimana uang dan kekayaan mereka dicuri dan disia-siakan dalam terorisme. Sepertinya mereka tidak akan tahan lagi. Amerika Serikat sangat memperhatikan pelanggaran hak asasi manusia!”

Rouhani menyerang balik Trump dengan mengatakan bahwa presiden AS tidak memiliki hak untuk bersimpati kepada para pemrotes karena dia “menyebut negara Iran teroris beberapa bulan yang lalu.”