Site icon

AS Kirim Javelin ke Ukraina, dan Entah Apa Yang akan Terjadi Selanjutnya

Javelin

Presiden Donald Trump menyetujui pengiriman sistem rudal anti-tank Javelin ke garis depan perang Ukraina melawan kelompok separatis yang didukung Rusia. Javelin merupakan sistem rudal anti-tank paling mumpuni yang ada sekarang ini dan memang telah berulang kali diminta oleh pemerintah Ukraina.

Rusia telah bereaksi sangat negatif terhadap berita tersebut, dan langkah tersebut dapat memicu bentrokan yang lebih besar dalam sebuah konflik yang dianggap semi beku.

Dalam sebuah langkah yang telah membuat marah Rusia dan memicu ketidakpastian besar mengenai masa depan perang di Ukraina, Presiden Donald Trump telah menyetujui penjualan amunisi mematikan ke pemerintah Ukraina dalam perjuangannya melawan separatis yang didukung Rusia di wilayah Donbas di negara itu.

ABC News melaporkan bahwa menurut empat sumber di Departemen Luar Negeri, Trump diharapkan segera menyetujui kesepakatan tersebut. Komando Eropa militer Amerika “bergerak maju dengan rencana agar senjata dikirimkan,” menurut ABC News.

Penjualan kontroversialnya senilai US$ 47 juta mencakup 35 FGM-148 Javelin dan 210 rudal anti-tank. Javelin, dengan sistem fire and forget  adalah salah satu sistem anti-tank paling canggih di pasar sekarang ini. Salah satu keunggulan lain Javelin kemampuan serangan dari atas hingga bisa menyerang bagian turret yang lemah. Ukraina telah berulang kali meminta agar bisa membeli senjata tersebut.

Republik Donetsk dan Republik Rakyat Luhansk yang mendeklarasikan kemerdekaan memiliki persediaan tank dan kendaraan lapis baja yang menurut Ukraina dipasok oleh Rusia.  Kiev menuduh militer Rusia juga mengoperasikan kendaraan tersebut di wilayah Ukraina.

“Amerika Serikat telah memutuskan untuk menyediakan kemampuan pertahanan yang lebih kuat bagi Ukraina sebagai bagian dari upaya kami untuk membantu Ukraina membangun kapasitas pertahanan jangka panjangnya, untuk mempertahankan kedaulatan dan integritas teritorialnya, dan untuk mencegah agresi lebih lanjut,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Heather Nauert mengatakan kepada ABC News.

Nauert menyatakan bahwa senjata tersebut harus digunakan semata-mata untuk sarana pertahanan. “Bantuan AS sepenuhnya bersifat defensif, dan seperti yang telah kita katakan sebelumnya, Ukraina adalah negara yang berdaulat dan memiliki hak untuk membela diri,” katanya.

Tampaknya laporan ABC News membuat marah Rusia. Sergei Ryabkov, Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Rusia sebagaimana dikutip Associated Press mengatakan bahwa Amerika menjadi “seorang kaki tangan dalam memicu perang.”

Ryabkov mengatakan bahwa Amerika telah melewati batas, dan menyiratkan bahwa Rusia mungkin akan merespons. “Senjata Amerika dapat menyebabkan korban baru di negara tetangga kita, yang mana kita tidak dapat tetap acuh tak acuh,” katanya.

Sedangkan Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov,  mengatakan bahwa keputusan tersebut  akan kembali memicu pertumpahan darah.

Bukan hal yang baru bagi negara-negara NATO menjual senjata ke Ukraina . Awal bulan ini, Kanada mulai mengizinkan penjualan persenjataan mematikan ke Ukraina, dan Lithuania telah memberikan bantuan senjata mematikan kepada Ukraina sejak tahun 2014.

Presiden Ukraina Petro Poroshenko menyambut gembira kabar tersebut, dengan mengatakan, “Senjata Amerika di tangan tentara Ukraina tidak untuk ofensif, tapi untuk melawan agresor yang lebih kuat, melindungi tentara Ukraina dan warga sipil, serta untuk pembelaan diri yang efektif.  Senjata Amerika adalah vaksinasi transatlantik melawan virus agresi Rusia.”

Akhirnya tidak jelas apa yang akan terjadi setelah Amerika kirim Javelin ke Ukraina. Apakah perang akan berakhir, atau akan semakin berdarah-darah.

Exit mobile version