Kekaisaran Jepang dalam kesulitan besar pada tahun 1945. Antara harus berdarah-darah menghadapi pertempuran melawan Amerika dan sekutu di Pasifik dan menghadapi pemboman terus-terusan di sejumlah kota Jepang. Jepang kemudian mencari cara untuk menghalau gelombang serangan musuh. Dan salah satu rencana yang diambil hampir saja membawa hasil.
Cara yang digunakan adalah menggunakan penyakit pes yang akan disebarkan di daratan Amerika. Cara ini digunakna untuk menakut-nakuti penduduk sipil dan mengganggu upaya perang di lepas pantai Barat.
Rencana itu bernama Operasi Cherry Blossoms at Night, dan merupakan gagasan dari Letnan Jenderal Shiro Ishii, komandan terkenal program perang biologis Jepang. Unit 731 telah mengembangkan sebagai program untuk mengembangkan dan menguji senjata biologis sejak 1932 di bawah Army Epidemic Prevention Research Laboratory.
Menggunakan pesawat khusus dikerahkan dari lima kapal selam kelas I-400 Jepang, yang telah dirancang untuk meluncurkan serangan udara terhadap pantai Amerika Serikat Barat, rencana itu untuk akan menggunakan bom biologis atau serangan Kamikaze untuk menyebarkan penyakit pes di San Diego. Misi itu diharapkan menjadi misi bunuh diri satu arah untuk semua pilot dan awak kapal selam yang terlibat.
Untuk mengembangkan senjata-senjata ini dan senjata lain lain, Unit 731 telah menggunakan eksperimen manusia pada skala yang luas dan mengerikan, menguji segala sesuatu kuman dan racun kimia pada manusia. Sebagian eksperimen berlangsung pada warga sipil dari wilayah yang diduduki, terutama China. Selain itu beberapa tahanan perang dari Sekutu juga menjadi bagian uji coba.
Ketika melakukan di China Unit 731 menggunakan pesawat yang terbang rendah untuk menginfeksi kota-kota pesisir China dengan kutu yang terinfeksi pes, dan juga bereksperimen dengan kolera, anthrax, dan tularemia yang dijatuhkan di udara. Wabah diperkirakan telah menewaskan sebanyak 400.000 sampai 600.000 orang China yang kebanyakan adalah warga sipil.
Dari pengalaman tersebut menjadikan senjata tampak biologis dianggap ideal untuk serangan di pantai barat AS. Mereka berharap bahwa epidemi yang dihasilkan akan menyebar dan mengganggu operasi logistik memasok tentara AS.