
Setelah Perang Dunia II, Uni Soviet mengembangkan beberapa senjata untuk beberapa peran. Sebagaian ilmuwan Soviet bekerja pada senjata nuklir, tim gunsmiths dan insinyur bersaing dalam kontes untuk merancang senjata konvensional yakni senapan yang akan menggabungkan keganasan kecepatan tembakan dengan portabilitas senjata. Senjata itu menjadi salinan konseptual dari Sturmgewehr, yang diterjunkan Nazi Jerman di akhir perang dunia II.
Dalam evaluasi dan uji coba, prototip senjata yang dibuag Sgt Senior. Mikhail T. Kalashnikov, seorang veteran yang terluka dalam perang tank di front barat Uni Soviet dipilih sebagai senapan menengah yang mampu seperti Sturmgewehr dan mampu menembak otomatis dan semi-otomatis.
AK-47, dengan jangkauan efektif melampaui panjang dua lapangan sepak bola, diterima pada tahun 1947. Beberapa tahun kemudian memasuki produksi massal di Rusia, dan dalam perjalanan untuk menjadi senapan standar untuk hampir semua pasukan darat Komunis.

Kalashnikov lebih pendek dan lebih ringan dari senapan tradisional. Senjata ini murah dan memiliki daya tahan tinggi. Desain senjata sederhana sehingga sangat mudah dibongkar pasang sehingga sangat mudah dikuasai dan diopeasionalkan oleh siapapun.
Cartridge yang lebih kecil daripada cartridge senapan tradisional berarti bahwa seorang pejuang dengan Kalashnikov bisa membawa lebih banyak amunisi, dan menjadi lebih mematikan, dari bersenjata senapan dari era sebelumnya. Kualitas ini memberikan kontribusi untuk popularitas senjata di seluruh dunia. Senjata ini pun beranak pinak dan menyebar ke seluruh sudut-sudut dunia
Peta ini menunjukkan di mana senjata ini diproduksi
Produksi dimulai di Uni Soviet di tahun 1940-an sebelum berkembang ke negara-negara bawahan dari Pakta Warsawa dan ke China, Korea Utara, Yugoslavia dan seterusnya. Puluhan juta senapan di negara yang bergejolak, apakah mereka dibutuhkan atau tidak. Dalam U.S.S.R., di mana Kalashnikov digunakan sebagai alat pertahanan Tanah Air, memasuki ranah sipil. Siswa dilatih dengan senjata ini di sekolah-sekolah.
Pabrik amunisi dibangun di negara-negara di mana senapan diproduksi, memastikan persediaan selalu siap.
Semakin banyak negara yang mengadopsi senjata ini dan juga meproduksi cartridge. Senapan serbu ini melanda sebagian besar dunia. Pada 1970-an Angkatan Darat Soviet memperkenalkan model baru, AK-74, yang menembakkan cartridge lebih kecil dan lebih cepat. Jutaan Kalashnikov tua kemudian menjadi usang, membebaskan mereka untuk perdagangan global.
AK-47 banyak berkiprah di perang Vietnam dan digunakan milisi Afrika untuk melawan detasemen kecil tentara Eropa. Di Vietnam, gerilyawan bersenjata dengan senapan Kalashnikov dan banyak membuat pasukan Amerika tidak berdaya.

Setelah efektivitasnya terbukti di Vietnam, Kalashnikov telah menjadi pilihan para kelompok bersenjata. Penyandera dengan Kalashnikov Olympic Village di Munich pada tahun 1972 dan menahan anggota tim Israel. Senapan telah melanggar batasannya. Senjata itu tidak lagi menjadi alat negara, atau ideologi komunis. Era terorisme Kalashnikov telah dimulai, dengan dunia menonton langsung di TV.
Senjata ini terus menyebar bahkan digunakan untuk melawan Kremlin. Perwira intelijen Amerika dan Pakistan melatih Mujahidin dengan Kalashnikov yang digunakan dalam perang untuk mengusir pasukan Soviet dari Afghanistan pada 1980-an.

Awalnya ditujukan untuk memperkuat negara otoritarian, Kalashnikov telah meningkatkan kredibilitas penjahat, simbol pemberontakan, blowback, kejahatan dan terorisme.
Dalam banyak perang komandan telah menyediakan senapan untuk remaja, dan kadang-kadang untuk kombatan yang belum mencapai usia remaja. Meskipun bertubuh kecil mereka mampu membawa dan mengoperasikan senjata ini.
Kalashnikov adalah senjata api utama untuk seluruh formasi tentara anak, termasuk Tentara Perlawanan Tuhan Joseph Kony di Afrika yang terkenal. Senjata secara rutin digunakan oleh anak-anak.