Artileri
Self-propelled howitzer Paladin milik US Army bisa dikatakan terbaik kedua setelah PZH 2000 Jerman karena karena howitzer Jerman jauh lebih otomatis.
Perbandingan cepat dari kemampuan satu peleton dengan empat Paladin dan empat PZH 2000 untuk memberikan tembakan selama periode tiga menit menunjukkan keterbatasan sistem AS dibandingkan self-propelled howitzer di dunia.
Sementara satu peleton Paladin bisa memberikan 48 tembakan dalam tiga menit misi tembakan intens, peleton Jerman bisa memberikan 120 tembakandan bisa melakukannya pada jarak hingga 50 persen lebih jauh dari jangkauan maksimum Paladin.
Dalam hal roket artileri, GMLRS Amerika cukup mampu, tapi akan segera outranged dengan kehadiran senjata Rusia dan China.
China menekankan senjata yang lebih besar, jauh dan jauh lebih berat, roket jarak pendek mulai menjembatani kesenjangan antara roket artileri dan rudal balistik jarak pendek bisa memiliki pengaruh yang signifikan dari dalam memperluas tren ke arah sistem serangan jarak pendek di masa depan.
Helikopter
Dalam hal helikopter, AS dinilai cukup mampu, dengan kelebihan yang signifikan dalam kapasitas mereka untuk platform berawak dan tak berawak, serta keberadaan sensor infra merah generasi ketiga mereka.
Eurocopter Tiger membawa rudal Hellfire yang lebih sedikit dan memiliki sensor infra red yang kurang canggih. Sementara Mi-28 Rusia saat terbang tanpa radar dan penanggulangan defensif. Z-10 China masih menghadapi masalah dalam hal kemampuan. Namun, helikopter non-AS memiliki keuntungan dalam hal harga yang lebih murah.
Apa yang paling menarik tentang studi RAND adalah bahwa ada tampaknya tidak ada perbedaan besar antara kemampuan peralatan Angkatan Darat AS dibanding sekutu-sekutunya dan musuh potensial. Amerika memang unggul di banyak hal tetapi tidak ada yang benar-benar unggul besar.