Arab Saudi menunjukkan sikap ambigu terkait konflik Palestina-Israel. Sebelumnya Raja Salman menegaskan bahwa Yerusalem merupakan hak rakyat Palestina, kini muncul kabar pangeran mahkota kerajaan teresbut menekan Palestina untuk mengikuti skema perdamaian yang dibuat Amerika Serikat.
Mohammad bin Salman telah mengadakan pembicaraan dengan Mahmoud Abbas untuk membahas konflik Israel-Palestina di tengah meningkatnya ketegangan atas keputusan Amerika mengakui seluruh kota Yerusalem sebagai ibu kota negara Yahudi tersebut.
Sejumlah media Timur Tengah melaporkan pewaris mahkota Saudi telah mencoba meyakinkan presiden Palestina untuk menerima skema perdamaian yang diajukan oleh Amerika Serikat.
Menurut pejabat, Mohammad bin Salman menggarisbawahi bahwa Washington adalah “satu-satunya pemarin di kota tersebut,” dan mengatakan bahwa tidak ada kekuatan lain yang dapat membuka jalan menuju resolusi damai dari konflik selama satu dekade antara Israel dan Palestina.
“Amerika adalah satu-satunya yang memiliki pengaruh nyata terhadap Israel, satu-satunya negara yang dapat menekan Israel dalam proses perdamaian dan tidak ada pihak lain yang dapat melakukannya, baik itu Uni Eropa, maupun Rusia atau China,” kata pejabat tersebut mengutip pernyataan putra mahkota.
Rencana Amerika yang diajukan oleh Presiden Trump menetapkan bahwa isu-isu pengungsi Palestina dan Yerusalem Timur, yang oleh orang Palestina dilihat sebagai ibu kota negara merdeka mereka, akan disisihkan sampai pembicaraan selanjutnya.
Sumber tersebut menunjukkan bahwa Abbas mengetahui usulan Washington, namun menolaknya karena dinilai sebagai rencana PM Netanyahu Israel.
Namun, pemimpin Palestina tersebut diduga menjelaskan selama pertemuan terakhir dengan pangeran mahkota Saudi bahwa dia siap untuk melanjutkan proses perdamaian .
“Jika Amerika bersedia menyatakan bahwa proses perdamaian didasarkan pada solusi dua negara yang disebut pada perjanjian tahun 1967 – termasuk Yerusalem Timur sebagai ibu kota negara bagian Palestina – kami siap untuk segera terlibat, Tapi jika mereka ingin menyeret kita ke versi perdamaian Israel, kita tidak bisa, ” tegas Abbas beberapa hari setelah dia menyatakan bahwa Amerika tidak dapat lagi bisa menjadi penengah salah satu konflik paling eksplosif di Timur Tengah tersebut.