Warga Palestina telah menggelar demonstrasi di kota Bethlehem di Tepi Barat pada Minggu 24 Desember 2017 untuk kembali mengatakan “tidak” pada pengakuan Washington atas Yerusalem sebagai ibukota Israel.
Pasukan Israel kemudian menggunakan gas air mata dan granat setrum melawan orang-orang Palestina yang berkumpul di luar sebuah menara militer Israel di Betlehem, yang dikenal sebagai tempat kelahiran Yesus. Beberapa pemrotes bahkan berpakaian seperti Santa Claus.
Menurut penduduk Betlehem Mohammad al-Lahham, para demonstran ini telah mengirim pesan kepada anak-anak Palestina tentang tekad mereka untuk mengikuti “jalan menuju kebebasan, ke Yerusalem.”
Israeli army disperses Santa Claus protest in Bethlehemhttps://t.co/THcGedPefX pic.twitter.com/TMswbiVLRE
— Anadolu English (@anadoluagency) December 23, 2017
“Papa Noel [Santa Claus] membagikan hadiah dan penjajah membagikan bom hari ini. Ini adalah bom yang penjajah Israel sedang didistribusikan hari ini, saat Natal, “katanya.
Pada tanggal 6 Desember, Presiden Amerika Donald Trump mengumumkan pengakuan Washington terhadap Yerusalem sebagai ibukota Israel, dalam sebuah langkah yang memicu gelombang demonstrasi global.
Pejabat Palestina mengatakan bahwa Trump telah membuat kesalahan terbesar dalam hidupnya, dengan menyebut tindakan tersebut sebagai provokasi.
Israeli army disperses Santa Claus protest in Bethlehem https://t.co/THcGedPefX pic.twitter.com/vOaJsyfQb0
— Anadolu English (@anadoluagency) December 23, 2017
Situasi meningkat setelah kelompok militan Palestina Hamas mengancam untuk memulai Intifadah Ketiga sebagai tanggapan atas deklarasi tersebut dan Israel meluncurkan serangkaian serangan udara ke Gaza untuk menanggapinya.
Pada Kamis, Majelis Umum PBB menyetujui sebuah resolusi yang menolak pengakuan Trump terhadap Yerusalem sebagai ibukota Israel setelah 128 negara anggota memilih untuk menyetujui keluarnya resolusi tersebut.