Defense Innovation Unit Experimental (DIUx) Pentagon bekerja sama dengan kalangan industri akan menerapkan teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) ke pesawat terbang untuk mendeteksi kegagalan mekanis sebelum hal itu terjadi.
Dalam upaya kolaborasi dengan Pentagon dan Angkatan Udara Amerika, C3 IoT sedang mengintegrasikan perangkat lunak AI tersebut ke pesawat F-16 dan E-3 Sentry. Pengembang mengatakan perangkat lunak baru tersebut harus beroperasi di pesawat dalam waktu enam bulan.
Rencananya adalah mengumpulkan dan menganalisis data, seperti informasi perawatan yang relevan secara operasional selama atau setelah misi sehingga kru dan teknisi servis dapat menggunakan perawatan secara prediktif.
“F-16 akan mendapatkan keuntungan dari perawatan prediktif sebagai cara untuk menginformasikan kepada pilot ketika pesawat berisiko tidak dapat diandalkan. Kami menentukan sistem seperti mesin dan subsistem seperti propulsi,” kata Ed Abbo Presiden dan CTO yang menjadi induk C3 IoT.
Platform C3 IoT memungkinkan DOD mengumpulkan dan menyimpan data dalam jumlah besar yang berbeda-beda, termasuk dataset terstruktur dan tidak terstruktur, dalam cloud-based data.
AI dapat memanfaatkan semua informasi yang ada dan menilai sistem on-board untuk mengetahui kapan komponen tertentu mungkin gagal atau perlu diganti, membawa keuntungan logistik serta penghematan biaya serta peningkatan keselamatan.
“Jika sebuah mesin gagal saat di gurun pasir, maka algoritma dapat mengenali dari menganalisis kasus kegagalan lainnya. Kami melihat properti yang berbeda dan melihat kasus kegagalan sebelumnya sehingga algoritma dapat menentukan kapan sesuatu seperti sistem propulsi cenderung gagal, “kata Abbo.
Bergantung pada jenis avionik di pesawat terbang, sensor on-board dapat mengumpulkan data perawatan penting dan mendownload telemetri saat mendarat atau memproses informasi di pesawat terbang.
“LINK 16 dapat mentransmisikan data yang datang langsung dari sensor on-board, memungkinkan informasi dianalisis secara real-time selama penerbangan dengan menggunakan pembelajaran dan analisis mesin,” kata Abbo sebagaimana dilansir Business Insider Jumat 22 Desember 2017.
Beberapa pesawat terbang, misalnya, memiliki sensor yang lebih baru yang dapat melakukan analisis on-board dan, dalam beberapa kasus, bahkan merekam suara pilot sebagai cara untuk memproses informasi bahasa.