Jika Anda berpikir kantor Anda membutuhkan cat dan beberapa perabot baru tidaklah sesuatu yang sulit. Dalam waktu singkat hal itu bisa dilakukan. Tetapi cobalah sejenak memikirkan tentang pilot pesawat tempur.
Mereka yang menerbangkan pesawat tempur seperti F-16 atau Tornado pada dasarnya mereka bekerja di kantor yang dibangun pada 1970 karena saat itulah pesawat tersebut mulai dirancang.
Kokpit pesawat tempur pilot adalah salah satu tempat kerja yang paling kompleks di dunia. Dibutuhkan waktu yang sangat lama untuk membangun sebuah jet tempur baru. Lockheed Martin F-22 Raptor yang saat ini satu-satunya tempur siluman supersonik dalam pelayanan aktif.
Tetapi harus diingat kontrak untuk prototipe pertama ditandatangani pada tahun 1986. Kala itu produk terbaik Apple adalah Macintosh dengan memori hanya 1Mb dan tidak ada hard drive.
Saat ini desainer pesawat harus berpikir keras untuk bisa menebak apa yang akan terjadi pada 40 tahun ke depan dalam hal teknologi komunikasi. Kenapa? Agar rancangan kopkit pesawat yang dibangun bisa tetap menggunakan teknologi super maju yang munculs setelah pesawat jadi.
“Saat ini, saya sedang melihat hal-hal yang kemungkinan terjadi setidaknya pada tahun 2040,” kata Mark Bowman, kepala uji coba untuk BAE Systems di Warton, Lancashire beberapa waktu lalu.

Jadi bagaimana memiliki desainer berurusan dengan isu-isu ini dalam membangun pesawat tempur generasi terbaru? Dan teknologi apa yang mereka persiapkan untuk kopkit masa depan?
Jet yang paling modern – seperti Eurofighter Typhoon dan Lockheed F-35 Joint Strike Fighter yang belum masuk layanan – fitur helm-mount display, kontrol suara dan kontrol pesawat-gaya tongkat. Ini adalah perubahan besar dari kopkit awal yang penuh dengan tombol pada beberapa dekade yang lalu.
Namun, inovasi ini tidak berarti menjadikan tugas pilot menjadi lebih mudah dan ringan. Pasalnya pilot saat ini juga harus melakukan pekerjaan yang berbeda dengan pilot pesawat tempur yang terbang 20 atau 30 tahun yang lalu. Pilot sekarang tugas utamanya justru bukan menerbangakan pesawat.
“Karena kemajuan di aerodinamis dan otomatisasi, penanganan pesawat ini hampir menjadi masalah sekunder,” kata Bowman, yang ikut membantu merancang, merencanakan dan menguji perkembangan Typhoon terbaru.
“Peran pilot bergerak lebih ke manajemen misi: ini tentang pengambilan keputusan. Oleh karena itu kita perlu melihat teknologi apa yang yang di luar sana yang akan meningkatkan kemampuannya untuk melakukan itu.” Begini gambarannya