Site icon

Pria Ini Tembak Jatuh Pesawat Jepang dengan Pistol di Ketinggian 1.300 Meter

Jika melihat daftar pilot yang mendapat gelar ace selama Perang Dunia II maka sebagian besar akan didominasi oleh pilot Luftwaffe atau Angkatan Udara Jermman.  Ketangguhan dan kemampuan mereka di udara memang tidak bisa dipungkiri. Mereka adalah pilot-pilot terbaik pada eranya. Meski unsur keberuntungan juga sangat mendukung.

Tetapi keberuntungan yang luar biasa dialami oleh co-pilot B-24 Amerika yang berhasil menembak jatuh jet tempur lawan hanya dengan menggunakan pistol pada ketinggian sekitar 5.000 kaki atau sekitar 1,3 km. Dan laki-laki itu bernama Owen Baggett.

Lahir pada tahun 1920 di Texas, setelah menyelesaikan sekolah tinggi, Baggett pindah ke kota Abilene untuk mendaftar di Hardin-Simmons University. Dan selanjutnya dia bekerja di Johnson dan Perusahaan Investasi Efek di New York.

Pada bulan Desember 1941, Baggett kemudian mendaftar ke Army Air Corps dan mengikuti pelatihan pilot dasar di New Columbus Army Flying School.

Setelah lulus dari pelatihan dasar, Baggett bertugas di India yang jaraknya hanya sepelemparan batu dari Jepang yang menduduki Burma dengan Angkatan Udara Kesepuluh. Baggett akhirnya menjadi co-pilot bomber B-24 di 7th Bomb Groupyang berbasis di Pandaveswar dan mencapai pangkat Letnan 2. Selama bersama 7th Bomb Group, tugas Baggett ini kebanyakan melakukan pemboman ke Burma dan membantu mempertahankan rute pasokan sekutu antara India dan China.

Pada tanggal 31 Maret 1943 dia mendapat tugas untuk menghancurkan sebuah jembatan kereta api kecil, tapi penting dekat kota penebangan Pyinmana.

Namun, tak lama setelah lepas landas, para pembom dari 7th Bomb Group diserang oleh beberapa lusin pejuang jet tempur Zero Jepang yang terkenal gesit. Dalam pertempuran itu, tangki oksigen darurat pesawat Baggett terkena tembakan dan merusak pesawat.

Pada akhirnya, Letnan 1 Lloyd Jensen memberi perintah kepada awak untuk meninggalkan pesawat. Baggett menyampaikan perintah kepada awak menggunakan isyarat tangan (karena interkom mereka juga telah tidak berfungsi) dan melompat dari pesawat dengan sisa awak yang selamat.

Tidak lama setelah kru melompat dari pesawat, Zero Jepang menyerang mereka yang melayang-layang di udara.

Baggett kemudian melihat beberapa kru diterkam oleh tembakan (total 5 dari 9 pembom jatuh). Dia pun mendapat serangan. Sebuah peluru menyerempet tangannya. Tetapi dia masih sadar. Dalam upaya putus asa, setelah ditembak di lengan, Baggett bermain sandiwara dengan pura-pura mati. Dia tergantung lemas di parasutnya.

Menurut sebuah artikel yang diterbitkan dalam Air Force Magazine tahun 1996, ketika Baggett melihat seorang pilot terbang mendekat dengan relatif pelan untuk memastikan apakah Baggett sudah mati atau tidak, termasuk memiliki kanopi nya terbuka untuk mendapatkan lebih baik melihat Baggett.

Ketika pesawat dalam jangkauan, Baggett segera mengeluarkan pistol M1911 dari sarungnya, mengarahkannya pada pilot, dan menarik pelatuk empat kali. Pesawat segera berlalu dan Baggett tidak melihat apa yang terjadi setelah itu dan dia tidak mau memikirkan insiden itu. Dia lebih peduli untuk berusaha menyelamatkan dirinya.

Next: Ditawari Harakiri

B-24 Liberator

Akhirnya dia bisa mendarat dengan aman. Dan bertemu lagi dengan Lt Jensen dan salah satu penembak pembom yang masih hidup. Tak lama kemudian, ketiganya ditangkap oleh pasukan Jepang dan diinterogasi.

Setelah menceritakan kejadian yang menyebabkan penangkapan kepada Mayor Jenderal Arimura, komandan kamp-kamp tawanan perang Asia Tenggara, besikap tidak biasa dengan memberi Baggett kesempatan untuk mati dengan kehormatan yakni melakukan harakiri. Tetapi tawaran itu ditolak.

Saat di kamp tawanan dia bertemu dengan satu Kolonel Harry Melton. Melton memberitahukan bahwa pesawat yang ditembak Baggett telah jatuh.

Tetapi Baggett masih skeptis bahwa satu (atau lebih) tembakan benar-benar mengenai pilot dan menyebabkan pesawat itu jatuh. Namun hal itu sempat dihubungkan dengan sikap komandan kamp jepang yang menawari untuk mati secara terhormat.

Dia di akhirnya dibebaskan pada 7 September 1945 dan terus melayani di militer selama beberapa tahun setelah Perang Dunia II dan mencapai pangkat kolonel.

Sumber: We Are The Mighty

Baca juga:

Kisah Nekat Pilot Vietnam Mencuri Chinook untuk Evakuasi Keluarga

Exit mobile version