Pertumbuhan belanja militer dunia mencapai angka yang belum pernah terjadi sebelumnya yang menjadi tanda mengkhawatirkan bahwa hari-hari gelap Perang Dingin mungkin akan kembali.
Jane’s Defense Budgets Report menyebutkan pengeluaran pertahanan global akan melanjutkan pertumbuhan lima tahun berturut-turut mereka ke tahun depan dan akan mencapai rekor pasca-Perang Dingin dengan mencapai US$1,67 triliun atau sekitar Rp22.669 triliun (Rp22,67 biliun)
Jane’s Information Group adalah perusahaan penerbitan Inggris yang mengkhususkan diri pada topik militer, dirgantara dan transportasi. Jane’s Defense Budgets Report ini melacak 99 persen pengeluaran pertahanan global dari 105 anggaran pertahanan terbesar di dunia.
Amerika
Menurut laporan yang dirilis pada Senin 18 Desember 2017 tersebut proyeksi pertumbuhan 3,3 persen pada tahun 2018, yang menjadi tercepat dalam satu dekade, didorong oleh meningkatnya anggaran pertahanan Amerika yang melonjak dari US$ 636,2 miliar pada tahun 2016 menjadi US$ 642,9 miliar pada tahun 2017.
Dengan sekitar US$ 10 triliun yang dihabiskan untuk senjata sejak serangan 9 September 2011, pengeluaran militer Amerika menyumbang 40 persen dari angka global.
Menurut analis Jane Guy Eastman, Washington akan membelanjakan lebih banyak pada “pertahanan rudal balistik, pembuatan kapal, rudal dan amunisi, sistem berbasis ruang angkasa, serta sistem C4ISR [Command, Control, Communications, Computers, Intelligence, Surveillance and Reconnaissance].”
Timur Tengah
Di Timur Tengah, belanja pertahanan terus naik lagi setelah sebuah letusan tahun lalu. Iran sedikit mengungguli Israel, namun keduanya dikerdilkan oleh Arab Saudi, yang telah meningkatkan anggaran pertahanannya menjadi US$ 50,9 miliar. Jumlah yang sangat mengesankan.
Eropa
Di Eropa, sembilan negara anggota NATO, yang anggaran militernya telah tumbuh sejak tahun 2015, akan memenuhi patokan 2 persen dari PDB untuk pengeluaran pertahanan pada tahun 2018.
Negara-negara Eropa Timur akan menjadi kawasan dengan pertumbuhan tercepat di dunia pada tahun 2018, karena beberapa negara mencoba meningkatkan pengeluaran pertahanan mereka menjadi 2 persen dari PDB. Pertumbuhan telah terbukti terutama di Estonia, Latvia dan Lithuania, yang merencanakan meningkatkan lebih dari dua kali lipat pengeluaran pertahanan mereka dibandingkan tahun 2014. Mereka sudah memenuhi patokan NATO untuk pengeluaran pertahanan.
Asia dan Pasifik
Negara-negara di kawasan Asia Pasifik telah menghabiskan lebih sedikit untuk pertahanan pada tahun 2017 karena, antara lain, dengan peningkatan yang lebih kecil di China dan India.
Setelah Amerika, China dan India merupakan negara dengan peringkat kedua dan ketiga dalam pengeluaran pertahanan masing-masing US$ 192,5 miliar dan US$ 52,4 miliar.