Presiden Turki Tayyip Erdogan dengan tegas membela panglima militer Kekaisaran Ottoman setelah menteri luar negeri Uni Emirat Arab retweeted tuduhan bahwa pasukan Ottoman menjarah kota suci Madinah selama Perang Dunia I.
Menteri Luar Negeri UEA Sheikh Abdullah bin Zayed Al Nahayan, pada Sabtu 16 Desember 2017 retweed sebuah pernyataan yang mengatakan bahwa tentara Ottoman yang dipimpin oleh Fakhreddin Pasha mencuri uang dan manuskrip dari Madinah pada tahun 1916.
Tweet juga mengatakan pasukan Turki menculik penduduk Madinah dan membawa mereka ke Istanbul. “Inilah nenek moyang Erdogan, dan sejarah mereka dengan Muslim Arab,” tulis tweet yang aslinya diposting oleh seseorang yang mengidentifikasi diri mereka sebagai dokter gigi Irak dari Jerman.
Madinah yang sekarang bagian dari Arab Saudi, adalah bagian dari wilayah Ottoman selama berabad-abad sampai runtuhnya kekaisaran pada akhir Perang Dunia I.
Dalam sebuah pidatonya Selasa 19 Desember 2017, Erdogan mengatakan bahwa Fahreddin Pasha tidak mencuri dari Madinah atau rakyatnya, namun berusaha melindungi kota dan penghuninya pada masa perang.
“Orang-orang sengsara mengigau tanpa malu-malu dan tanpa lelah mengatakan bahwa nenek moyang Erdogan mencuri barang-barang suci dari sana dan membawa mereka ke Istanbul – itu untuk melindungi mereka dari orang-orang yang datang untuk menyerang,” katanya.
Uni Emirat Arab, sekutu dekat Amerika melihat partai penguasa Erdogan yang berakar pada Islam sebagai teman kekuatan Islam yang menentang UEA. Hal ini juga diperkuat dengan dukungan Ankara untuk Qatar setelah Arab Saudi, UEA, Bahrain dan Mesir memberlakukan sanksi terhadap negara tersebut pada bulan Juni.
Juru bicara Erdogan Ibrahim Kalin juga menanggapi komentar Sheikh Abdullah, dengan mengatakan bahwa propaganda kebohongan memalukan ini bertujuan untuk mengadu domba orang Turki dan Arab.
“Apakah serangan ke Presiden Erdogan dengan segala cara baru sekarang?” kata Kalin melalui aku Twitternya Selasa.