Militer Amerika Bersiap Menghadapi Perang Era Abad ke-18
M1/Defense Gov

Militer Amerika Bersiap Menghadapi Perang Era Abad ke-18

Dengan bimbingan GPS, bom Amerika bisa memiliki akurasi tinggi meski menyerang dari jarak ratusan atau bahkan ribuan kilometer. Dengan menggunakan satelit, Pentagon bisa memantau apa saja yang terjadi di muka bumi sekaligus mengerahkan kekuatan mereka dengan cepat.

Ruang angkasa harus diakui telah menjadi basis utama keunggulan militer negara tersebut. Tapi bagaimana jika musuh kemudian menargetkan dan menghancurkan satelit militer mereka? Skenario buruk semacam itu ternyata dipertimbangkan oleh Pentagon dan secara aktif mereka menyiapkan kondisi bagaimana jika harus bertempur dalam situasi buta.

“Struktur kekuatan kita saat ini dibangun di sekitar asumsi bahwa kita memiliki GPS dan kita memiliki komunikasi satelit. Kita sangat mematikan saat kita memiliki semuanya,” kata Kolonel Richard Zellmann, Komandan 1st Space Brigade yang berbasis di Colorado.

“Tapi ketika Anda mulai menyingkirkan kekuatan tempur itu, kita harus segera kembali ke masa-masa tentara era revolusi  industri di mana Anda harus memiliki tiga kali lebih banyak orang.”

Zellmann mengatakan sekitar 70 persen sistem tempur utama Angkatan Darat bergantung pada sinyal yang dipancarkan dari luar angkasa. Sebuah kenyataan yang tentu saja menarik perhatian negara lain untuk dieksploitasi jika berperang melawan mereka.

“Militera di seluruh dunia mulai memahami kelebihan yang dimiliki Amerika karena akses yang tidak terbantahkan ke domain luar angkasa,” kata Zellmann kepada wartawan sebagaimana dikutip Straits Times Selasa 19 Desember 2017.

Rusia dan China sama-sama mengembangkan satelit yang mampu melakukan manuver melalui ruang angkasa, yang berpotensi membuat mereka menghancurkan objek lain yang mengorbit. Amerika juga telah mengakuisisi satelit yang bisa bergerak di orbit dan memeriksa atau memantau benda angkasa lainnya.

Tapi Zellmann mencatat bahwa ini jauh lebih murah dan lebih mudah bagi musuh untuk mengganggu atau merusak satelit militer Amerika daripada mengembangkan platform orbit mereka sendiri.

Misalnya, jammers berbiaya rendah yang ditempatkan di lokasi yang tepat dapat menimbulkan malapetaka bagi sinyal GPS masuk  yang seringkali cukup lemah.

Untuk itu Angkatan Darat telah kembali melakukan pelatihan untuk mengantisipasi hal itu terjadi  tentang bagaimana membaca peta kertas, dan Angkatan Laut sedang mengajarkan kepada pelaut bagaimana melakukan navigasi dengan bantuan bintang-bintang  yang pertama kali digunakan pada abad ke-18.

Pusat operasi militer memiliki peta yang menunjukkan di mana pasukan berada di lapangan, jadi jika “Pelacak Angkatan Laut” yang melihat pasukan dengan GPS terganggu, “kita masih tahu di mana semua unit kita berada,” kata Zellmann.

Teknologi analog lama dan sekolah juga diperkuat oleh ilmu pengetahuan baru yang dirancang untuk menggantti satelit.

Badan Pelaksana Riset Pertahanan Militer, yang lebih dikenal dengan DARPA, telah berinovasi dan mengembangkan teknologi baru untuk Pentagon yang menginginkan sebuah alat navigasi dan timing baru yang dapat bekerja tanpa GPS.

Salah satu sistem tersebut menggunakan “pseudolit” – perangkat berbasis darat yang menghasilkan sinyal seperti GPS dan sudah digunakan di sektor komersial.

Teknologi lain yang digunakan di pesawat terbang adalah sistem navigasi inersia yang menyebarkan serangkaian sensor dan giroskop untuk menghitung lokasi pesawat  atau rudal.

Pentagon juga berinvestasi pada satelit generasi baru yang akan memberi ketepatan pada militer dengan lebih baik dan memiliki kemampuan anti-jamming yang lebih baik.

Letnan Jenderal John Thompson, Komandan Space and Missile Systems Center yang berbasis di Los Angeles, mengatakan bahwa ruang angkasa telah padat  dan militer sangat sadar bahwa masa-masa di mana mereka memiliki superioritas di orbit sudah berakhir.

“Sistem senjata kita hari ini dibangun terutama mengantisipasi lingkungan ruang yang jinak (yang) sekarang telah menjadi padat,” katanya. “Kita harus bisa beroperasi di domain itu.”

Presiden Donald Trump pada hari Senin meluncurkan Strategi Keamanan Nasional pertamanya, yang secara khusus membahas kepentingan infrastruktur militer ruang angkasa Amerika.

“Amerika Serikat menganggap akses dan kebebasan yang tidak terbatas untuk beroperasi di luar angkasa menjadi kepentingan vital,” demikian bunyi dokumen tersebut.

“Setiap gangguan yang membahayakan atau serangan terhadap komponen penting dari arsitektur ruang kita yang secara langsung mempengaruhi kepentingan vital Amerika ini akan disambut dengan respons yang tepat.”