Penuh Senjata Terbaik, Kenapa Arab Saudi Sangat Sulit Menang di Yaman?

Penuh Senjata Terbaik, Kenapa Arab Saudi Sangat Sulit Menang di Yaman?

Pasukan Saudi berada di markas mereka di kota pelabuhan Aden, Yaman selatan, pada tahun 2015/ Business Insider

Bukti kurang efektifnya militer Saudi dapat dilihat jelas di sebelah selatan perbatasan Saudi atau tepatnya di Yaman.

Hampir tiga tahun setelah Arab Saudi, yang didukung oleh negara-negara Teluk dan Arab lainnya, melancarkan intervensi militer untuk mendukung presiden yang digulingkan di Yaman, Abdrabbuh Mansur Hadi, pemberontak Houthi yang didukung Iran masih aktif dan terus menguasai kota dan ibukota terbesar Yaman, Sana’a .

Selain itu, Houthi terbukti mampu meluncurkan serangan profil tinggi ke wilayah Arab Saudi. Termasuk beberapa serangan lintas batas ke Arab Saudi, serangan sukses terhadap kapal angkatan laut Emirat dan Saudi, dan peluncuran rudal balistik ke jantung kerajaan.

Sebuah laporan dari The New York Times menunjukkan bahwa sebuah rudal balistik yang ditembakkan oleh Huthi yang meledak di sebuah bandara di ibukota Saudi, Riyadh, sebenarnya tidak ditembak jatuh oleh rudal Patriot seperti yang diklaim sebelumnya oleh militer Arab Saudi.

Saudi telah memiliki tugas berat di Yaman. Mereka harus beroperasi di jantung Houthi melawan pasukan tempur terlatih, didanai dengan baik, dan dipasok dengan baik.

Arab Saudi, bagaimanapun, belum mengerahkan pasukan darat yang signifikan ke Yaman yang akan diminta untuk menang di medan perang.

“Kami tidak tahu apakah militer Saudi dapat memiliki dampak signifikan pada perang Yaman, karena kami hanya melihat pengerahan kekuatan udara Saudi,” kata Knights kepada Business Insider Sabtu 16 Desember 2017.

“Umumnya, kampanye hanya udara tidak akan memiliki dampak yang besar – terutama di daerah yang kompleks seperti ini dengan musuh yang sangat mahir bersembunyi dari kekuatan udara dan sering terlihat seperti warga sipil,” katanya.

Peta perang di Yaman awal bulan Desember 2017. Merah adalah wilayah yang dipegang oleh pemerintah Yaman yang didukung koalisi Saudi, putih dikuasai afiliasi Al-Qaeda, hitam untuk ISIS, dan hijau adalah wilayah yang diduduki pemberontak Houthi dukungan Iran

Knights memperkirakan bahwa 10.000 sampai 20.000 tentara dibutuhkan agar memiliki pengaruh yang diinginkan. Namun, militer Saudi belum menggunakan kekuatan darat – kemungkinan besar karena pimpinan Saudi, menurut Knights sadar mereka ” memiliki kelemahan yang signifikan.”

Kelemahan ini termasuk kurangnya peralatan logistik dan pengalaman yang dibutuhkan untuk melakukan kampanye semacam itu.

“Mereka tidak memiliki pengalaman dalam operasi ekspedisi,” katanya, mencatat bahwa kampanye Desert Storm melawan Irak  sebagian besar merupakan upaya Amerika.

Selain itu, pasukan darat Saudi secara keseluruhan tidak terlatih dengan cukup baik yang akan menjadi bekal penting dalam operasi berskala besar. Dengan demikian Angkatan Darat Saudi berpotensi akan mengalami kesulitan bahkan bisa jadi bulan-bulanan dalam sebuah perang gerilya yang mematikan. Bahkan pasukan Amerika saja kerap kedodoran mengahdapi perang semacam ini baik di Irak maupun Afghanistan.

Bilal Saab, peneliti senior dan Direktur Program Pertahanan dan Keamanan di Institut Timur Tengah, mengatakan kepada Business Insider bahwa Arab Saudi memahami potensi bahaya dari pasukan daratnya.

Dalam sebuah email, Saab mengatakan bahwa Arab Saudi tidak akan menggunakan pasukan darat dalam jumlah besar “karena korban mereka akan parah dan kemungkinan besar akan menyebabkan kerusakan yang luar biasa di Yaman.”

Next: Apa Yang Harus Dilakukan?