Rusia telah mengkonfirmasi bahwa mereka sedang dalam upaya untuk merancang dan membangun pesawat tempur dengan kemampuan lepas landas pendek dan mendarat darurat atau vertical take-off and landing (VTOL).
Apakah Rusia membutuhkan jet tempur ini? Dan apakah mereka memilili sumber daya untuk membangun pesawat dengan teknologi rumit dan mahal tersebut?
Wakil Menteri Pertahanan Rusia Yuri Borisov pada November 2017 lalu mengkonfirmasi bahwa pekerjaan sedang dilakukan pada desain pesawat VTOL yang baru. Borisov mengatakan bahwa jet tempur yang digunakan dari kapal induk mereka yakni MiG-29 dan Su-33 sudah memasuki masa tua dan harus segera disiapkan penggantinya.
Dengan demikian, katanya, masuk akal untuk memulai pengembangan pesawat baru untuk menggantikannya. Ucapan Borisov mengikuti kabar musim panas ini bahwa Kementerian Pertahanan telah membahas masalah desain VTOL baru dengan produsen pesawat militer Rusia, dan bahwa pesawat tersebut kemungkinan akan meneruskan jalur pengembangan Yak.
Yak-38, yang pertama kali diperkenalkan pada tahun 1976, dengan cepat menjadi pesawat VTOL yang paling banyak diproduksi oleh USSR, dan mendapat penyebaran luas di atas kapal besar Angkatan Laut Soviet termasuk Kiev, Minsk, Novorossiysk dan Baku .
Namun Yak-38 memiliki reputasi buruk karena tingginya tingkat kecelakaan. Sebanyak 231 pesawat dibangun dengan lusinan pesawat hancur karena kecelakaan. Pengamat militer dan kontributor RIA Novosti Vadim Saranov menilai sifat pesawat terbang yang berubah-ubah pada waktu penerbangan terbatas di kapal-kapal Angkatan Laut yang membawa kapal sampai 40 jam per tahun.

“Karakter tempur tempur juga dipertanyakan,” tulis wartawan tersebut. “Karena kurangnya radar on-board, sangat membatasi kemampuan pertempuran udara. Penggunaan Yak-38 sebagai pesawat serangan murni tidak efektif, karena radius tempurnya dalam mode VTOL hanya 195 km, dan bahkan kurang dalam iklim yang panas.”
Mengingat catatan buruk tersebut, produksi Yak-38 dihentikan pada tahun 1989 dan secara bertahap ditarik dan dihapus sepanjang tahun 1990an. Seluruh VTOL Yaks pensiun dari Angkatan Laut Rusia pada tahun 2004.

Karena sejarah operasional Yak-38 yang sulit, para perancang Soviet segera memulai pengembangan pesawat baru yang dikenal sebagai Yak-141.
Dianggap sebagai desain yang sangat menjanjikan oleh pengamat Soviet dan Barat, program Yak-141 dibatalkan setelah runtuhnya Uni Soviet. Lockheed Corporation kemudian mengadakan kemitraan dengan Yakovlev untuk mendanai program ini.
Bertahun-tahun kemudian, banyak pengamat Rusia memperkirakan Lockheed, yang sudah mengerjakan prototipe X-35 F-35, secara efektif membeli dokumentasi teknis Yak-141 dengan nilai sekitar US$ 400 juta.