Jet-jet tempur paling canggih milik Amerika dan Rusia kembali terlibat insiden berbahaya di langit Suriah. Sepasang pesawat siluman F-22 mengadang dua jet tempur Rusia secara head to head dan memaksa mereka harus melakukan manuver tajam guna menghindari tabrakan.
Pentagon mengatakan insiden tersebut terjadi ketika dua jet tempur Rusia di Suriah yang tidak disebutkan jenisnya terbang ke sebuah wilayah yang dilarang dimasuki jet Rusia berdasarkan kesepakatan yang sudah berlangsung lama.
Dalam insiden tersebut jet F-22 menembakkan suar setelah memotong jalur jet Rusia dari depan atau sebuah taktik yang dikenal sebagai ‘head-butting’. Taktik ini dimaksudkan untuk mengirim peringatan kuat ke pesawat tempur yang berlawanan.
Juru bicara Pentagon Eric Pahon mengkonfirmasi insiden yang berlangsung selama 40 menit tersebut ke Fox News. Dia menambahkan bahwa pada suatu saat sebuah jet tempur Rusia terbang cukup dekat ke F-22 sehingga harus melakukan manuver secara agresif untuk menghindari tabrakan di udara. Pahon mengatakan insiden tersebut terjadi Rabu 13 Desember 2017 di sebelah timur Sungai Efrat.
Sebelumnya Rusia juga mengeluhkan sikap jet tempur F-22 Raptor yang menghalang-halangai Su-25 mereka saat hendak melakukan serangan darat. Hal ini memaksa Rusia mengirimkan Su-35 untuk datang dan mengusir Raptor. Meski Pentagon tidak menyebutkan jenis jet tempur Rusia yang terlibat dalam insiden ini, kemungkinan Su-35 yang menjadi lawan Raptor,

Pejabat militer Amerika menyatakan kekhawatiran tentang insiden tersebut melalui sambungan hotline yang dibangun dua tahun terakhir antara angkatan udara Amerika dan Rusia.
Pentagon menuduh dalam beberapa bulan terakhir, jet-jet Rusia telah semakin banyak terbang di wilayah-wilayah terlarang di Suriah timur, melanggar kesepakatan yang telah lama ada dengan koalisi pimpinan Amerika.
Juru bicara Pentagon mengatakan semakin sulit untuk menentukan apakah tindakan pilot Rusia adalah kesalahan atau memang disengaja.
“Kekhawatiran terbesar Koalisi adalah bahwa kita bisa menembak jatuh sebuah pesawat Rusia karena tindakannya dipandang sebagai ancaman bagi kekuatan udara atau darat kita,” kata Pahon kepada Fox News Kamis 14 Desember 2017.