Lawan Amerika Rapatkan Barisan, China-Iran Tingkatkan Kerja Sama Militer

Lawan Amerika Rapatkan Barisan, China-Iran Tingkatkan Kerja Sama Militer

China dan Iran adalah dua negara yang saat ini menjadi lawan bagi Amerika. Situasi akan bisa menjadi semakin sulit karena kedua negara ini semakin merapatkan barisan.

Menteri Pertahanan China Chang Wanquan menyatakan ingin meningkatkan kerja sama militer dengan Iran yang sudah lama terjalin.

Bergabungnya dua kekuatan dalam satu barisan rapat akan memberi tekanan pada Amerika. Belum lagi kekuatan Rusia yang juga terus melawan serta Korea Utara yang terus menantang.

Saat bertemu Wakil Kepala Staf Angkatan Darat Iran Ghadir Nezamipour, Selasa 12 Desember 2017, Chang mengatakan bahwa kedua negara sedang meningkatkan hubungan bilateral, saling memperkuat kepercayaan politik, dan membangun kerja sama perdagangan dan energi.

“Saat ini, China-Iran sedang mendapatkan kesempatan yang sangat bagus dan China ingin bekerja sama dengan Iran dalam kerangka hubungan bilateral,” katanya sebagaimana dikutip Global Times, Rabu 13 Desember 2017.

Nezamipour berharap adanya komunikasi yang lebih intensif dan kerja sama lebih pragmatis di bidang militer antarpejabat tinggi kedua negara.

Pertemuan kedua pejabat militer tersebut berlangsung di tengah memanasnya hubungan China dengan Taiwan seiring dengan ancaman diplomat China bahwa negaranya akan menyerang Taiwan yang dianggap sebagai provinsi membangkang kalau saja kapal militer Amerika Serikat jadi berlabuh di Kaohsiung.

Pada September, Kongres AS meloloskan Undang-Undang Kewenangan Pertahanan Nasional untuk tahun anggaran 2018 yang memberi wewenang kunjungan timbal balik kapal angkatan laut antara Taiwan dan AS.

Kementerian Luar Negeri Taiwan menganggap upaya pejabat China dalam memenangkan hati dan pikiran warga Taiwan dengan menggunakan ancaman dapat melukai perasaan orang-orang Taiwan.

“Metode ini menunjukkan kurangnya pengetahuan tentang arti sebenarnya sistem demokrasi dan bagaimana masyarakat demokratis bekerja,” kata kementerian tersebut.

Beijing mencurigai Presiden Taiwan Tsai Ing-wen, yang memimpin Partai Progresif Demokratik yang berpihak pada kemerdekaan, ingin mengumumkan kemerdekaan formal pulau tersebut.

Sementara hubungan Amerika dan Iran yang sempat lumayan dingin di akhir era Presiden Barack Obama kini diledakkan kembali oleh Donald Trump yang tidak mau mengakui perjanjian nuklir dengan negara tersebut. Situasi semakin memanas ketika Trump mengakui Yerusalem sebagai Ibukota Israel.