Kontraktor pertahanan Amerika sedang mengerjakan sebuah cara baru untuk menyebarkan pesawat tak berawak yakni dengan menggunakan bom palsu yang membingungkan akan radar musuh tentang apa sebenarnya yang ada di udara.
Cara ini akan dilakukan oleh jet tempur yang menjatuhkan ‘bom’ saat terbang lambat untuk menghindari deteksi radar. Namun bukannya meledak, cangkang bom tersebut terlepas dan mengeluarkan sebuah kendaraan udara tak berawak yang kemudian dapat terbang mengelilingi wilayah musuh untuk mengumpulkan intelijen pada posisi pasukan lawan.
Sebagaimana ditulis Defence One Rabu 5 Desember 2017 bitu UAV meninggalkan kapsul ‘bom’, ia membentangkan sayap selebar 12 kaki dan terbang menggunakan baling-baling kayu. Pesawat bisa terbang hingga 10 jam dengan kecepatan 69 knot, atau di bawah 80 mil per jam. Kecepatan lambat yang tidak bisa dicapai oleh pesawat Amerika.
Tapi terbang pelan memang menjadi tujuan pesawat tak berawak itu. “Ketika Anda memikirkan bagaimana sistem radar [militer] dirancang, mereka dirancang untuk menembak jatuh jet taktis. Anda membangun gerbang radar yang mengambil banyak hal seperti burung,” kata pejabat Northrop Grumman John Thompson sebagiamana ditulis Defence One.
Militer Aerika menginginkan pesawat yang bisa terbang lambat dan ketinggian rendah untuk menghindari deteksi radar, namun masih juga bisa terbang tinggi untuk tembakan senjata ringan yang akan menjadi bahaya untuk objek yang terbang rendah dan lambat ini.
Setiap mini drone hanya sekali lagi dan sepertinya drone masa depan memang tidak harus besar seukuran pesawat tempur seperti Reaper agar bisa efektif dalam lingkungan militer.
Uji coba sistem baru yang dijuluki Remedy, pertama kali dilakukan pada 26 Oktober 2017 lalu. “Masalah dengan badan pesawat tak berawak adalah, karena semua kelebihannya, bagaimana Anda bisa memiliki benda 400 mil 700 mil dari kapal induk ini,” kata Thompson.
Kantor Naval Research dan VX Aerospace telah bermitra dengan Northrop untuk mengerjakan proyek ini. Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA), mengumumkan pada tahun 2016 bahwa mereka telah memberikan kontrak untuk program pesawat tak berawak lainnya, yang disebut Gremlin.
Program ini berusaha memberi pesawat berawak kemampuan meluncurkan pesawat tak berawak mini yang murah dan berjumlah banyak. Mini drone ini akan dilepaskan dari pesawat dan bisa kembali ke pesawat di tengah penerbangan hingga bisa digunakan kembali.
Meski drone Remedy direncanakan akan disebarkan dari pesawat tempur seperti F / A-18 Super Hornet, namun juga diharpakan bisa diterbangkan dari pesawat yang lebih besar seperti pembom atau kapal angkut.